Ibu kita HARTINI
Putri Pak Umri dan Ibu Suhaenah
Itu orang tuanya
Wahai Ibu kita Hartini
Putri asli Kuningan
Sungguh besar semangatmu
Untuk kemajuan
Di bawah kaki gunung Ciremai, pada hari Rabu tanggal 21 April 1971 terlahirlah ke dunia yang fana seorang bayi mungil nan elok. Pada saat itu terdengar samar-samar ketelinga ibunda lagu ,”Ibu kita Kartini putri
sejati……………..” yang mengumandang dari sebuah radio. Lagu tersebut mengingatkan pada tokoh pahlawan wanita
Hartini kecil berbeda dengan saudara-saudara lainnya yang berjumlah 8 dan dia adalah “pangais bungsu” dari 9 bersaudara. Dia lincah dan semangat belajarnya tinggi, sehingga sejak SD selalu mendapat prestasi.
Pendidikan dasar s.d. sekolah lanjutan atas diselesaikan di
( Dalam Kumpulan Puisi )
Oleh :
HARTINI, S.Pd
( UNTUK KALANGAN SENDIRI )
Bimbingan sampai mendapat gelar S.Pd. Kemudian tidak lama setelah lulus sarjana diangkat menjadi PNS sebagai guru di SMPN 1 Darma Kuningan pada tahun 1998. Kemudian mutasi ke SMPN 1 Kadugede Kuningan s.d. sekarang.
Pada tahun 1999, menerima kodrat sebagai wanita untuk berumah tangga dengan seorang lelaki tangguh yang bernama Diana Mukti dan diberi kepercayaan oleh Allah untuk membesarkan dan mendidik dua jagoan yang diberi nama Syahrul Rohman Zaelani Mukti (Arul) tahun 2000 dan Syahril Rohim Zulfikar (Aril) tahun 2004.
Semangat kemajuan yang tertanam di jiwa HARTINI lebih difokuskan pada tulisan, dengan menjadi penulis tetap di Buletin PGRI Kuningan sebagai pengasuh rubrik Layanan Konsultasi sejak tahun 2008.
Salah satu keistimewaan yang dimiliki
manusia adalah kemampuan untuk
merubah yang minus menjadi plus.
(Dale Carnegie)
Persembahan untuk :
Dua jagoanku Arul dan Aril
Serta lelaki tangguhku
Diana Mukti
KATA PENGANTAR
Pejuang emansipasi wanita R.A.Kartini menjadi inspirasi dalam perjalanan hidup saya, karena secara kebetulan saya lahir bertepatan dengan hari lahir R.A.Kartini yakni pada tanggal 21 April. Dan kebetulan pula orang tua saya memberi nama yang mirip dengan nama R.A.KARTINI yaitu HARTINI.
Ruh perjuangan R.A.Kartini membimbing saya untuk meneruskan tapak-tapak perjuangannya.
Yang saya tahu, perjuangan R.A.Kartini lebih banyak dicurahkan melalui surat menyurat dengan sahabat-sahabatnya yang dianggap mengerti dan memahami tentang pikiran, mimpi, harapan dan angannya untuk mendobrak adat tradisi yang membelenggu kaum wanita bangsa Indonesia.
Surat-surat R.A.Kartini dengan segudang idealismenya bila dibiarkan tercecer, maka akan menjadi sia-sia tanpa arti. Namun setelah dihimpun dan dibukukan, surat-surat tersebut begitu dahsyat pengaruhnya sampai dapat mengubah sejarah bangsa Indonesia.
Terinspirasi dari hal tersebut, puisi-puisi karangan saya ini bila dibiarkan tercecer, maka akan mubadzir dan tidak ada yang memanfaatkan. Karena coretan-coretan
Saya berharap, dengan dihimpun dan dibukukan puisi-puisi curahan hati saya tentang perjalanan hidup saya ini ada manfaatnya buat anda pembaca.
Walaupun tidak sampai mengubah sejarah bangsa, paling tidak dapat mengukir sejarah kehidupan saya, bahwa di hari ulang tahun saya yang ke-38, saya sudah dapat mengarang sebuah karya sastra yang sederhana.
Saya berharap karya sastra yang sederhana ini dapat memberikan apresiasi yang positif bagi anda para pecinta sastra.
Kuningan, 21 April 2009
Penulis
HARTINI, S.Pd.
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar ................................................... i
Daftar Isi ............................................................ ii
BAB I. Periode Pencarian Jati Diri ............ 1
A. Prolog .............................................. 1
B. Puisi-puisi Karya Hartini.............. 2
BAB II. Periode Manis Pahitnya Cinta ........ 19
A. Prolog............................................... 19
B. Puisi-puisi Karya Hartini ............. 20
BAB III. Periode Romantika Rumah Tangga.. 43
A. Prolog .............................................. 43
B. Puisi-puisi Karya Hartini............... 44
BAB IV. Periode Dinamika dengan Rekan Kerja 51
A. Prolog ............................................... 51
B. Puisi-puisi Karya Hartini .............. 52
BAB V. Persembahan untuk Orang-orang Spesial 67
A. Prolog ............................................... 67
B. Puisi-puisi Karya Hartini............... 68
BAB I
PERIODE PENCARIAN JATI DIRI
A. PROLOG
Menjelang masa dewasa awal, seseorang dilanda gamang akan peranannya sebagai individu yang mandiri. Kartini masa kini sedang mencari-cari sosok diri yang sebenarnya,”SIAPA AKU, BAGAIMANA AKU, KENAPA AKU?”
Perasaan galau akan arti hidup, tak lepas dari perenungan-perenungan pada Sang Kholik. Dari pencariannya tibalah pada sebuah titik akhir, Kartini masa kini menemukan jati diri yang sebenarnya, sehingga tidak merasa sebagai penggenap lagi.
B. PUISI-PUISI KARYA HARTINI
SIAPAKAH AKU ???
Hai ........
Siapakah aku ?
Kamu apakah aku ?
Dia apakah aku ?
Mereka apakah aku ?
Bukan !
Aku bukan kamu
Aku bukan dia
Aku bukan mereka
Lantas............
Siapakah aku ini ?
Apakah aku ini benalu...............
Yang ketergantungan hidupku pada pohon induk ?
Apakah aku ini bunglon............
Yang selalu berubah-ubah warna ?
Apakah aku ini seekor penyu yang pemalu ?
Apakah aku ini kecoa yang liar ?
Apakah aku ini ubur-ubur yang selalu mundur ?
Aku ...............
Siapakah aku ini............????????
PERAN DIBALIK LATAR
Sebutir pasir
Menggelinding kian kemari
Terhempaskan..........
Diantara hamparan padang nan luas
Terkucilkan............
Dari kumpulannya yang terbuang
Menyatu di batu, terhembuskan
Berlindung di daun, tertiupkan
Bersantai di lantai, tersapukan
Merapat ke keset, terinjakkan
Akhirnya ............
Pada puncak keterasigannya
Dia.............
Menjerit, memekik dan menerjang
Mencoba menguak keterasingannya
Ada apakah gerangan ??
Semua tak acuh
Dan kaku
Sikap-sikap congkak
Dan omong besar
Serta tertawa ngakak
Menjadi penyedap
Gerak lagkah
Kecoa-kecoa yang agresif
Berebut periuk
Sementara itu
Di sudut sana
Diantara pikuk yang ambisi
Terdapat seekor lalat
Yang terhempas
Tak punya daya
Karena cacat disandang
Hingga tak kuasa menyombongkan jasa
Hanya asa yang berkata
DIANTARA KATA-KATA DAN ANALISA
Diantara kata-kata dan analisa
Mereka memiliki makna
Ada maksud yang terkandung
Ada missi yang terisikan
Ada tujuan yang ditujukan
Hingga kata-kata yang terucap tiada sia-sia
Pikiran yang tersirat mudah dicatat
Sementara itu...........
Da pula kata-kata tanpa analisa
Ucapan tiada makna
Buah pikiran, dangkal perhitungan
Apa sebab??
Tak pandai membaca alam
Tak mampu memanfaatkan waktu
Tak peka terhadap keadaan
Tak suka melatih asa dan rasa
Air mukanya
Tersirat keseriusan
Kaku
Tegang
Setiap langkah diatur
Setiap gerak diperhitungkan
Tiada kata yang tak bermakna
Tiada ucapan yang sia-sia
Waktu adalah detak jantungnya
Maka..........
Tak ada saat tuk bersantai-santai
Tak ada saat tuk termenung
Tak ada saat tuk melambung
Hingga.....
Saat-saat dia penuh dengan makna
Namun....
Itu semua tak mampu tuk ditirukan
Oleh seonggok jiwa yang rapuh
TUAN YANG BERKATA PENUH MAKNA
Tuan, yang berkata penuh makna
Yang bicara tentang konsep
Yang berdiskusi tentang prinsip
Yang berdebat tentang pendapat
Sudahkan tuan lihat ?
Sudahkah tuan rasakan ?
Apa yang sesungguhnya tuan lakukan ?
Dibalik semua konsep dan prinsip
Yang tuan perdebatkan
Terdapat seonggok jiwa
Yang polos akan konsep
Yang leemah dalam berdebat
Namun kaya dalam perilaku
Dia sujud pada Pencipta
Dia beribadah setiap saat
Dia taat dan tawakal
Berhati lembut dan penyabar
Sepasang kaki
Terseok-seok
Menelusuri lorong-lorong kehampaan
Berjalan tanpa arah
Singgah tanpa makna
Hadir tanpa arti
Namun
Dia terus berjalan
Dimana ada cahaya, dia kejar
Dimana ada pelita, dia datangi
Sampai tiada lelah
Mencari dan menelusuri
Jati dari segala jati
Agar hidup bermakna dan berarti
Barulah sampai pada satu persinggahan
Haruslah ada prinsip yang memimpin
Setiap gerak dan langkah
Agar terarah
Kukuh kuat pada Yang Haq
Noda-noda hitam
Di masa lalu dan masa kini
Mengotori sucinya jalan hidup
Menghalangi nikmatnya bau surgawi
Adakah dosa kan terhapus ?
Kalaulah tanpa tobat nasuha
Akankah bau surgawi kan tercium ?
Kalaulah tanpa ibadah yang nyata
Setiap insan di dunia
Tentunya inginkan bahagia di akhirat
Menikmati indahnya taman-taman surga
Berkumpul
Bersama orang-orang yang dicintai Sang Pencipta
Menikmati waktu-waktu yang tiada terasa
Yang tiada batas akhir
Akankah, aku menikmati taman-taman surga ?
Sementara diriku penuh dengan dosa
AKANKAH AKU MENCIUM BAU SURGA ???
Robby .....
Akankah aku mencium bau surga saat ini ?
Sementara di seberang sana
Barisan shaf-shaf yang berdesakan
Berruku dan bersujud setiap saat
Mengaji dan mengkaji kalam Illahi
Setiap hari
Tiada henti
Bersabar dan tawakal
Dalam menghadapi ujian
Bercahaya pancaran matanya
Berdzikir setiap saat
Mulut dan hatinya
Ramah dan menyebar salam
Sedangkan diriku ??
Jauh dari semua itu
Robby.....
Tunjukalah aku pada jalanMu yang lurus
AKU HARUS BERBENAH DIRI
Aku harus berbenah diri
Dari ketidakacuhanku pada ibadah
Dari ketidakacuhanku pada konsep hidup
Dari kegoyahanku dalam prinsip
Dari kekakuanku dalam bergaul
Dari keangkuhanku dalam bersikap
Dari ketidakpedulianku terhadap kesusahan orang
Dari ketakterarahanku dalam melangkah
Dari kehampaanku dalam memandang
Dari .............
Semua yang tak patut aku pertahankan
Dalam mengarungi hidup ini
Yang semuanya itu menghalangi diriku
Tuk merasakan bau surga
Menghalangi diriku
Merasakan dekat denganNya
Menghalangi diriku
Menikmati getar-getar cintaNya
Aku harus berbenah diri
Disaat malam yang senyap ini
Ku-kan mencoba langkah baru
Dalam memaknai arti hidup
Kan kuserahkan diriku saat ini
Dalam sujud penuh khusyu
Bersimpuh dihadapanMu
Mengakui dosa-dosa yang diperbuat
Menangisi jalan hidup yang sesat
Menyesali hari-hari yang tiada arti
Robby.....
Aku kan datang memenuhi panggilan-Mu
Raihlah diriku dengan segala kehinaan
Dan ketakberdayaanku
Berilah kehangatan jiwaku
Dengan belaian kasih-Mu
Sejukkanlah jiwaku
Dengan cahaya cinta-Mu
AKU TAK INGIN MENJADI PENGGENAP
Langhkahku kini tak hampa lagi
T’lah kutemukan satu pelita
Dalam tujuan hidupku
Yang harus menjadi prinsip
Yang tak boleh tergoyahkan
Oleh sekuat apapun badai
Yang akan
Mengoyak benteng hatiku
Mulai saat ini
Setiap langkahku harus terarah
Setiap perbuatanku harus terpatri
Setiap ucapanku harus penuh makna
Tiada lagi
Kesia-sian yang boleh kubiarkan
Aku tak ingin
Hanya menjadi penggenap saja
Tapi.....
Aku harus menjadi
Insan yang dapat memberi manfaat pada yang lain
SAAT ITU AKU..........
Dahulu
Saat aku tak punya aktivitas
Dan saat namaku tak diperhitungkan
Aku, begitu cemas
Dan kecewa
Tatkala namaku tak disebut
Ingin rasanya kuberkata
Aku bisa
Aku mampu
Dan aku mau
Tapi...........
Itu hanya kuucapakan dalam hati
Sambil merunduk malu dan ragu
Serta bertanya pada diriku sendiri
Benarkah aku mampu ?
Entahlah
Yang pasti, saat-saat itu
Aku belum mempunyai kesempatan
Untuk menampakkan jati diri
Saat itu.........
Hati kecilku begitu menggebu
Tuk dapat berperan serta
Tetapi..............
Sepertinya orang-orang tak percaya
Dan tak memberi kesempatan padaku
Hingga aku semakin tenggelam
Dengan kekecewaan dan ketakmampuan
Saat itu aku....
Senantiasa bertanya-tanya
Bisakah aku seperti mereka ???
Mampukah aku ???
Kini............
Aku mulai berubah, tak seperti dulu lagi
Yang pemalu, yang peragu dan yang lugu
Aku mulai menampakkan jati diri
Namaku mulai diperhitungkan
Perananku sudah dimanfaatkan
Hingga kini
Aktivitasku tak terbilang
Pergi sini, pergi sana
Pergi pagi, pulang malam
Sampai waktuku rasanya kurang
Aku kini..........
Sudah jadi orang sibuk, sepertinya..........
Hingga aku jarang di rumah
Apalagi kumpul bersama
Dan aku rasakan pula
Kerenggangan dengan sahabat-sahabatku
Tak ada lagi rujak party
Tak kujumpai lagi baso party
Tak kutemui lagi ngerumpi
Kini..............
Aku selalu jalan sendiri
Pergi dan pergi
Menepati janji
Melaksanakan tugas
Mengemban amanah
Karena dalam benakku kini
Terpatri dengan dengan janji
Tuk senantiasa menjalankan amanah
Yang jadi tanggung jawabku
Namun ............
Dibalik kesendirianku
Dibalik kesibukanku
Aku rasakan kerinduan
Akan kebersamaanku dengan mereka
Sahabat-sahabatku
Dikala aku masih lugu dan membisu
Jejak-jejak langkahku, dulu
Penuh motivasi dan ambisi
Tuk meraih kursi
Ambisi
Kursi
Tlah terpenuhi
Di organisasi
Waktupun bicara
Ambisi dan
Kursi
Tidakm lagi menjadi porsi
Kebosanan
Kejenuhan
Kini, melanda
Ambisi
Kursi
T’lah jauh dan dijauhi
Ketenangan
Kedamaian
Yang ingin aku miliki
BAB II
PERIODE MANIS PAHITNYA CINTA
A. PROLOG
Menjalani tugas perkembangan sebagai seorang dewasa yaitu mulai memikirkan tentang masa depan dan perkawinan.
Kartini masa kini bertemu dengan sosok lelaki tangguh yang berhasil menaklukan hatinya dan membuatnya jatuh bangun dalam manis pahitnya warna-warni cinta.
B. PUISI-PUISI KARYA HARTINI
ASAKU YANG TERJAWAB
Di akhir tahun yang lalu
Assaku mulai terjawab
Dari sekian kumbang yang datang
Dan menghampiri, serta kemudian pergi
Juga meninggalkan bekas luka di hati
Ada satu yang terpatri
Dalam hati nan suci
Dia datang dengan tiba-tiba, tapi nyata ada
Itu yang aku suka
Walau tanpa kata-kata dengan sejuta makna
Dan tanpa perhatian yang berlebihan
Tapi dia hadir dihatiku
Dan
Akupun singgah dihatinya
Hingga lahir kata sepakat
Tuk bersatu dan menyatu
Bulan-bulan pertama
Aku bersamanya
Begitu terasa indah dan bahagia
Kemanapun aku pergi, dia ada
Dimanapun aku hadir, dia ada
Hingga terasa begitu cepat
Hari-hari yang kulewati bersamanya
Keharmonisan
Antara aku dan dia
Di bulan-bulan pertama
Terkadang membuat jenuh
Kerukunan di bulan-bulan pertama
Menjalin tali kasih
Mulai terusik
Dengan pertengkaran
Dan kemarahan
Dengan perselisihan
Dan kesedihan
Dengan ketakpedulian
Dan kekecewaan
Hingga, tiada pertemuan tanpa kebencian
Tiada pertemuan, tanpa ketegangan
Yang membuat stabilitas mulai terancam
Kan berakhir sudah di tengah jalan
Namun,
Tali kasih yang kuat berakar
Tiada pernah mau melepas
Dan berkata
Inilah dinamika cint
DIAM DAN BISU
Marahnya
Adalah diam
Kecewanya
Adalah diam
Bingungnya
Adalah diam
Diam dan bisunya
Itulah yang harus kutahu
Apakah gerangan
Yang ada dibenaknya
Dan dipikirnya
Hingga ucap kan berjawab
DAMAI YANG KEMBALI
’Tlah sekian lama
Asa tercabik
Dalam kemarahan dan kekecewaan
Kembali sudah
Pada asa
Yang tenang
Dan
Tentram
Pada kedamaian
Cinta kasih
Dengan
Kekompakan
Dan
Keharmonisan
dia, gagah
dia, ganteng
dia, si hitam manis
dia, yang berkumis
dia, yang ke-bapak-an
dia, milikku
dia, cintaku
dia, kasihku
dia, yang selalu bersamaku
dalam mengukir hari-hari yang indah
yang tiada pernah aku jumpai
sebelum itu
dia, akankah menjadi milikku selamanya?
Hingga akhir hayatku
Ataukah
dia, hanya menghiasi sebagian hidupku ?
dan
berakhir di tengah waktu ?
SEBAIT KATA UNTUKMU..............SAYANG
Dipertengahan malam ini
Izinkanlah kuucap sebait kata
”Selamat Ulang Tahun”, sayang.........
S’moga dirimu mendapatkan kebahagiaan
Di hari yang bersejarah ini,
s’moga cinta dan kasih sayang-Nya
sentiasa tercurah padamu
s’moga prestasi dan prestise kan kau raih
tuk menyongsong masa depanmu
s’moga kebugaran dan kesehatan jasmanimu
sentiasa terjaga
s’moga............
masa yang berganti masa
sentiasa merambat tak dapat dihalau jua
kesedihan dan kebahagiaan
kegagalan dan kesuksesan
sentiasa jadi hiasan
hidupmu, ku, dan mereka
Saat kupandang
Kamar pengantin
Putri ibu kost-ku
Ada rasa lain yang bergemuruh di dadaku
Kucoba masuk
Duduk
Dan
Terlentang
Di atas ranjang pengantin
Kupandang
Langit-langit kamar pengantin
Dengan rasa yang hampa
Dan
Hati penuh tanya
Kapankah ? kapankah ? kapankah ?
Aku kan memiliki kamar pengantin
MENGHADIRI DAN MEMBANTU
Tak terbilang
Undangan pernikahan yang aku hadiri
Baik sendiri
Maupun bersamanya
Pula
Membantu dan membantu
Calon raja dan ratu sehari
Sampai hari ini
Pun
Aku terlibat
Dalam kepanitiaan pernikahan
Putri ibu kost-ku
Yach !
Menghadiri, dan
Membantu
Pernikahan orang lain
Itu
Yang baru bisa kulakukan
BERSAMA IBU-IBU
Bersama ibu-ibu
Aku meracik bumbu
Mengiris daging
Menumis sayur
Menggoreng-goreng-goreng
Tuk acara pernikahan
Putri ibu kost-ku
Bersama ibu-ibu
Aku tertawa
Aku bercanda
Serta bicara
Apa-apa tentang calon mertua
Itung-itung aku belajar
Juga persiapan
Bila tiba saat nanti punya mertua
SATU HARI SEBELUM HARI INI (14-12-95)
Satu hari
Sebelum hari ini (14-12-95)
Dirimu hadir,
Tanpa kuduga
Diluar rencana
Disaat kesibukanku
Diantara deretan nilai-nilai raport murid-muridku
Juga kelusuhan wajahku
Serta ketastabilan emosiku
Membuat diriku terusik
Dengan sikapmu
Yang dingin
Dan
Bisu
Pula keputusanmu
Akan batalnya
Rencana
Kepergian kita bersama
Hari ini (14-12-95)
Hari yang istimewa
Bagi kita
Hari yang bersejarah
Mengukir
Kebersamaan diantara kita
Hari yang menyatukan
Dua hati yang berbeda
Namun
Satu hari
Sebelum hari ini (14-12-95)
Dirimu
T’lah menghancurkan
Harapanku dan anganku
DIMALAM YANG SENYAP
Malam semakin senyap
Anginpun
Mengusik tulang sum-sumku
Namun
Mata dan hatiku
Belumlah dapat terlelap
Dan
Gelisahpun
Datang mencekam
Kuhibur diriku
Dengan membaca
Bait-bait puisi tentang-mu
Kucoba
M,erenungi dan mentafakuri
Kebersamaanku dengan-mu
Dan
Ada giris direlung hatiku
Akan harapanku padamu
GENAP SATU TAHUN
Hari ini (14-12-95)
Genap sudah satu tahun
Kebersamaanku dengannya
Banyak peristiwa yang kuukir bersamanya
Dalam satu tahun ini
Keindahan cinta yang membuai
Seolah menutup mata dari realita
Panah asmara yang membara
Membawa duka nestapa
Sucinya cinta sejati
Mengeratkan tali kasih yang kian bersemi
Genap sudah satu tahun
Kisah kasihku dan dia
Suka – duka
Bahagia – nestapa
T’lah kulalui bersamanya
Dan cinta di dada
Makin membara
BILA KONFLIK YANG BICARA
Kangen,
rindu, melanda
karna
lama tak sua dia
namun
dikala dua asa bersua
amarahlah yang melanda
karna
konflik yang bicara
hingga
kangen,
rindu
pun
hilang
ditelan
badai-topan
Disaat kubicara
Tentang kita
Masa depan
Dan pernikahan
Kau diam
Dan bisu
Pula
Pandangan sayu
Disaat kubicara
Tentang keinginan
Dan harapan
Atas kebersamaan kita
Selama ini
Kau merunduk
Dan kuyu
Pula
Berkata,”sakit kumendengarnya.
AKANKAH ???
Kebisuannya dan kebekuannya, kali ini
Nampaknya sulit tuk kucairkan lagi
Dan kepergiannya
Menggoreskan luka yang dalam di hatiku
Namun
Kumasih dapat melepasnya dengan tatapan sendu
Dan iringan doa bagi dirinya
Kepergiannya kali ini,
Kurasakan tak-kan pernah kembali
Tuk singgah di rumahku
Dan aku merasakan semakin jauh dan jauh
Dari dirinya
Akankah dia kembali singgah di rumahku ???
Dan menyapa keluargaku ???
TANYA YANG BELUM TERJAWAB
Sepercik harap
Nan selalu menggantung
Di atas awan biru yang kian kelabu
Sejuta tanya
T’lah kutujukan pada-Nya
Namun
Belumlah sampai
Pada apa jawab-Nya
Walau
Belumlah sampai
Asaku terjawab
Tiadalah lelah
Ku-kan terus bertanya pada-Ny
KEPASRAHANKU
Robby,
Kupasrahkan jiwa ragaku
Hidup dan matiku
Pula
Seluruh apa yang engkau titipkan padaku
Hanyalah untuk-Mu
Tiada daya
Dan
Tiada pula upaya bagi diriku
Kecuali
Atas pertolongan dan perlindungan Engkau
Robby,
Satu yang aku minta
Jangan jauhkan aku dari kenikmatan ber-Isla
BIARLAH DIA YANG MENGATUR
Gejolak asaku begitu menghimpit dada
Panas darahku menggejolak ke atas kepala
Tiada disangka dan tiada diduga
Tangan yang kuraih
Sikut yang kuterima
Bila kuingin
Nafsu yang bicara
Hapuslah sudah amal yang ada
Coba kudinginkan kepala
Serta melapangkan dada
Biarlah Dia yang mengatur semua
Atas apa yang dijanjikan-Nya
SEKUNTUM BUNGA
Sekuntum bunga
Diantara kumbang yang lalu lalang
Tak gugur disentuh angin
Tak lepas dihantam badai
Tetaplah mekar di atas batangnya
Dengan disertai
Aroma wangi yang menyejukkan
Sampailah tiba
Seekor kumbang yang kan datang
Yang berhak menyentuh dan menghisap
Manis madunya
MAWAR BERDURI
Ketika mawar merah merekah
Kumbang berdatangan silih berganti
Mereka pulang dan pergi
Menghisap madu yang manis
Namun tiada mereka sadari
Dari madu manis itu
Ada sebaris duri dari dahan
Entah mengapa
Duri-duri yang tajam itu
Tak berarti apa-apa buat kumbang
Hanyalah manis madu
Yang mereka cari dan dapati
KASIH DAN SAYANG
Ya Rahmaan.........
Ya Rahiim.............
Kasih yang kumiliki
Sayang yang Kau-beri
Begitu indah dan nikmatnya kusyukuri
Tiada henti ingin kudapati, dan
Takkan rela tuk melepasnya
Atas kasih dan sayang yang Kau-berikan
Walau...........
Hanya asaku yang dapat merasakan
Bisikan kasih, dan
Limpahan sayang yang Kau-curahkan
Ku-kan setia menanti
Bisikan-bisikan yang kan Engkau curahkan
Hingga kudapatkan
Kelapangan hati tuk saling berbagi
Dan merasakan
Atas apa yang t’lah Engkau berikan
Dengan kasih dan sayang
BAB III
PERIODE ROMANTIKA RUMAH TANGGA
A. PROLOG
Perjuangan R.A.Kartini tentang emansipasi wanita betul-betul menjadi tolak ukur dalam perjalanan hidup seorang Hartini. Dalam perjalanan rumah tangga menjalani pemberontakan-pemberontakan terhadap sang suami yang membelenggu dirinya untuk memperoleh hak dalam berkarier di dunia pendidikan.
Namun pertentangannya disalurkan dalam bentuk karya tulis (membuat artikel, puisi, dll), sebagai penyadaran diri terhadap kodrat seorang wanita yaitu mengurus rumah tangga namun harus pandai mengatur waktu untuk mengeksplorasi diri dalam berkarier.
B. PUISI-PUISI KARYA HARTINI
LELAKI TANGGUH KENALI WANITAMU
Wahai lelaki tangguh
Betapa sulit dirimu
Tuk dapat menyentuh hatiku
Yang dilanda resah dan pilu
Saat kau abaikan asaku
Lelaki tangguh
Saat ini, kau ada di sisiku
Namun, terasa jauh dari jangkauanku
Karena.........
Dikala aku t’lah berjuang begitu lelah
Menggapai angan dan mimpiku
Mengukir nama dan prestasi dalam karier
Dirimu acuh dan membisu
Apalagi tuk berucap, satu kalimat indah
”selamat sayang, aku bangga padamu”
Lelaki tangguh
Tahukah dirimu, atas apa yang terjadi padaku ?
Dikala tepukan riuh membahana di lapang hijau
Ucapan selamat yang dilontarkan banyak orang
Tatapan bangga dari setiap pasang mata rekan
Dan pula murid-muridku
Semua itu tiada artinya bagiku
Lewat begitu saja dengan segala kehampaan
Lelaki tangguh
Tolong kenali wanita yang ada di sampingmu
Seberapa kuat dan tegarnya wanitamu
Tetap saja, wanitamu itu lemah
Dia butuh disanjung
Dimanja
Dan
Diperhatikan
Akankah kau abaikan wanitamu ?
ANTARA KARIER DAN RUMAH TANGGA
Aku adalah penerusmu
Dalam jiwaku ada ruh perjuanganmu
Aku telah mendapatkan apa yang menjadi hakku
Pendidikan tinggi, karier, dan rumah tangga
Aku bermimpi
Ingin meraih bintang di langit
Mengukir karier dengan segenap potensi
Membangun spirit perjuanganmu
Dikala semangatku membahana
Tuk menggapai angan dan mimpi-mimpiku
Dengan segenap potensi yang aku miliki
Ku coba menyusun strategi
Namun, apalah daya
Rumah tangga memanggil jiwaku
Membelenggu langkah kakiku
Memangkas rongga-rongga nafasku
Merontokkan keinginan dan hobiku
Serasa sesak jiwaku
Mulai oleng keyakinanku
Berada diantara dua kepentingan
Karier ataukah rumah tangga ?
Aku mencoba merenung
Memaknai arti perjuanganmu
Mengambil hikmah spirit emansipasimu
Tuk berpikir bijak sebagai penerusmu
Aku berkesimpulan
Bolehlah aku melangkah menggapai mimpi
Tuk meraih bintang di langit
Namun, ku tetap harus berpijak pada kodrat wanita
Wanita yang berkarier dan berumah tangga
SATU DIANTARA DUA
Dikala waktu kuhabiskan di luar sana
Dengan segenap aktivitas dalam berkarier
Engkau berkata lantang
Menyiratkan sedikit ancaman
Menyodorkan dua kepentingan
Sehingga,
Membuatku tak berdaya
Memilih satu diantara dua
Dalam perenungan kudapatkan keputusan
Kupilih satu yang lebih berharga
Yaitu, mereka belahan jiwa ragaku
Kan kubaktikan segenap waktuku
Dengan memberi yang terbaik tuk mereka
DIA YANG KEDUA
Ketika kuterbenam dalam aktivitas
Engkau protes
Engkau bernada tinggi
Engkau memberi ultimatum
Namun
Setelah kuikuti semua yang kau kehendaki
Engkau tetap pergi
Dan membiarkanku sendiri
Dikala kau ada didekatku
Engkau tetap acuhkan aku
Dia yang kedua, yang selalu kau dekati
Engkau memegangnya
Engkau merabanya dibagian-bagian tertentu
Engkau memijitnya dengan penuh hati-hati
Engkau meniupnya halus
Engkau pandangi dia dengan sinar mata yang lembut
Dan senyuman indah tersirat diwajahmu
Dikala dia mengeluarkan desahan suara merdu
Juga warna-warna yang indah
Dan kau berucap,”yess!!!”
Lembaran nominal rupiah terbayang dimatamu
Karena hasil kerja lembur tak sia-sio
TV pun nyala dan siap dipasarkan
TANYA TAK TERJAWAB
Saat peluh belum mengering
Dada telanjang terbuka lebar
Desiran angin dari kipas
Menghempaskan badan di atas kanfas
Peluh masih lengket di badan
Ada tanya tak terjawab
Menyiratkan tanda tak mengerti
Dan menanti penjelasan yang berarti
Peluh kini telah mengering
Penjelasan siap disampaikan
Namun dia tak kunjung datang
Alamat pulang, ”selamat malam
BAB IV
PERIODE ROMANTIKA DENGAN REKAN KERJA
A. PROLOG
Dalam sebuah komunitas sosial tentunya tidak akan selamanya berjalan harmonis, pasti ada saja gesekan dan benturan kecil dengan sesama rekan kerja.
Kartini masa kini pun mengalami gesekan yang cukup menyakitkan, karena disaat punya peranan dalam lembaga dengan menghasilkan prestasi gemilang, mendapatkan cibiran dan tekanan serta nada-nada permusuhan dari rekan kerja.
Namun Kartini masa kini tidak tergoyahkan, dia tetap tegar sebagai penerus R.A.Kartini.
B. PUISI-PUISI KARYA HARTINI
TOPENG-TOPENG
Topeng-topeng usil nan sinis
Berlomba tuk mempertontonkan diri
Di show room-show room
Yang syarat akan kemunafikan
Topeng-topeng tertawa nyinyir
Tatkala melintas seekor kancil nan cerdik
Menerjang-nerjang segumpal benang kusut
Yang menghalangi dan mengotori ketajaman matanya
Topeng-topeng tersenyum sumringah
Tatkala pundi-pundi kerakusannya terisi penuh
Tanpa sedikit pun berhasrat menoleh
Dengan sebelah matanya
Dibalik kacamata kudanya
Yang hampir menutupi seluruh pandangannya
Hingga
Tak tahu dan tak mau tahu
Tak paham dan tak mau paham
Tak mengerti dan tak mau mengerti
Jerit lengking tangan-tangan lemah
Yang mengharap seujung belas kasih
Atas haknya yang terpenjara
Topeng-topeng menari dan berjingkrak
Diiringi musik rock, tak ketinggalan musik dangdut
Atas kemenangan akan bualannya
Di pasar yang penuh kebodohan
Topeng-topeng bernyanyi melengking
Menembus mayapada hingga terdengar nyaring
Ke telinga dewa-dewi
Dan menghadiahi butiran-butiran emas
Topeng-topeng mulai lemah dan tak berdaya
Tatkala taring-taring tajamnya
Mulai diguntingi satu persatu
Hingga berdarah-darah
Topeng-topeng mulai menangis meraung-raung
Tatkala singgasana emasnya diruntuhkan
Dari peraduannya
Topeng-topeng hancur dan mati
Tatkala ratu keadilan menyinari bumi
Yang gelap, kotor dan kumuh
Dengan sinar terang yang menyejukkan
OBAT HATI YANG TERPERIH
Hari-hari yang lalu
Di ruang kecil di sudut sekolah
Kuajari kau mengucapkan bait-bait
Serta larik demi larik
Ketika kau salah mengartikan
Kuplototi dan kumaki dengan penuh cinta
Saat kau mengumandangkan bait dan larik
Di depan sang juri yang arif
Separuh nafasku serasa terputus
Dan jantungku berhenti berdetak
Hening
Sunyi
Senyap
Kegaduhan yang menggema, tiba-tiba menghilang
Berganti dengan alunan bait dan larik yang bernyawa
Mengumandang dengan penuh hidmat dan mempeson
Gemuruh didadaku tak terbendung
Tatkala namamu tertulis oleh pena sang juri arif
Kau begitu membanggakan
Berdiri paling depan dengan senyuman kemenangan
Aku bangga padamu
Tak sia-sia,
Tenaga
Pikiran
Waktu
Yang kuluangkan untukmu
Kau t’lah menorehkan pena yang indah
Dan mengobati luka hatiku yang terperih
Disaat awal aku menemukanm
ASA YANG TAK DAPAT DIMENGERTI
Massa-massa yang lalu
Tak pernah kualami asa seperti ini
Asam, pahit, asin, ...tapi berujung manis
Separuh nyawaku tersakiti hingga terperih
Namun tak membuat hilang nyawa
Bahkan tak dapat kuduga
Saparuh nyawaku yang lain
Kian melesat ke angkasa raya
Rasa yang perih ini,
kusimpan dibagian paling dalam di relung kalbuku
kan kujadikan cermin disaat aku lupa nanti
keagungan sang Pencipta
sedang kurasakan kini
jiwa-jiwa yang tak kukenali, sebelumnya
betapa mengharap jiwaku
ku tak mengerti dengan maksud-Mu Tuhan
apakah ini bara api yang akan menghanguskan jiwaku
ataukah angin surga yang akan mengangkatku ?
tapi
satu yang kuminta pada-Mu Tuhan
jangan lepaskan genggaman-Mu atasku
biar kutetap menjadi hamba-Mu yang tawadlu
APA MAKSUD-MU TUHAN ??
Di pojok ruangan nan hampa
Kumerenung, kuterpaku
Kilas balik atas apa-apa yang t’lah kulewati
Kurasakan
Lunglai ragaku
Lelah yang teramat sangat di jiwaku
Ku tak tahu apa yang harus kulakukan
Kubertanya pada diriku sendiri
Apa yang salah dengan diriku ?
Hingga hujatan dan kemarahan
Semua ditujukan padaku
Padahal
Nampak jelas apa yang telah kuperbuat
Ditanganku terlahir mutiara-mutiara indah
Yang mempercantik rumah megah
Yang sedang dibangun
Tak kuasa
Bulir-bulir hangat turun dari sudut mataku
Kubertanya pada Sang Maha
Apa maksud-Mu Tuhan ???
Ada apa dibalik semua ini ???
HARAPAN PADA SANG MAHA
Awal langkah diayun, tersakiti
Di tengah jalan berbuat, terdzolimi
Di akhir kemenangan diraih, dimusuhi
Betapa dahsyatnya
Angin puting beliung menghantam dari 4 penjuru
Ketika jiwa terpanggil untuk berbuat sesuatu
Atas nama cinta dan tanggung jawab
Hingga
Menghasilkan bunga-bunga kemenangan
Tapi mengapa ??
Jiwa-jiwa yang di sana salah mengartikan
Apa yang t’lah kuperbuat dan apa yang t’lah kuraih
Kuhanya berharap
S’moga jiwa-jiwa yang di sana dapat terpanggil
Setelah kubukakan pintu yang lebar
Mereka mau bergerak memasuki dunia yang indah
Bercengkrama dengan ketulusan
Berdialog dengan penuh cinta
Bekerja dengan tanggung jawab yang tulus
Berpegangan tangan nan erat dengan sesama teman
Pada Sang Maha kumeminta
Berikan kekuatan yang berlipat
Disaat badai topan menerjang
Berikan pencerahan
Pada jiwa-jiwa yang di sana
Damaikan dunia
Dengan cinta dan ketulus
AUMAN SANG MACAN OMPONG
Dihari Pahlawan
Serasa ke t’lah jadi pahlawan
Karna kemenangan telah dapat kupekikan
Setelah perjuangan dan pengorbanan
Yang kulakukan
Semua derita dan kepedihan
Pada saat perjuangan dan pengorbanan ditempuh
T’lah sirna sudah
Berganti kebahagiaan yang tak terkira
Namun
Kebahagiaan itu hanya sekejap dan berlalu
Berganti dengan kepedihan dan pilu
Asaku diharu biru
Oleh mereka yang tak mau tahu
Dan tak tahu malu
Jiwa-jiwa kerdil
Kurasakan mengelilingiku
Ketidaktahuan dan ketidakmampuan
Berganti menjadi auman
Auman yang sangat dahsyat
Menggema
Berusaha merontokkan dada yang membusung
Karena kemenangan
Sesungguhnya
Dibalik auman itu
Sang macan
Hanya menutupi ompong giginya
Supaya
Sang palawan
Takut memasuki wilayahnya
KAJI DIRI
Hari-hari yang lalu
Keringat dicucurkan
Tenaga dihabiskan
Dan waktu dipadatkan
Guna menggodok bahan-bahan yang kan dipamerkan
Kemarin
Tawa kemenangan
Senyum kebahagiaan
Mencuat kepermukaan
Karena bahan baku itu t’lah menjadi kue yang manis
Siang lalu
Emosi jiwa bergelora
Antara bahagia,
Kecewa,
Sedih,
Marah, dll
Karena
Kue manis yang t’lah kubuat
Tercemari aroma bau busuk yang menyengat
Malam ini,
Dihariban-Nya kubersimpuh
Tumpah ruah air mata tak mampu dibendung
Jeritan hati menyeruak seraya ingin diobati
Kaji diri
Dan
Renungan hati
Sebagai evaluasi
Atas apa yang t’lah dilalui
S’moga Tuhan meridloi
Hingga terangkat derajat yang kudapati
TUGAS KHALIFAH DI BUMI
Aku tak suka dengan ketidakjujuran
Aku benci dengan kemunafikan
Aku tidak mau jadi korban kedzoliman
Bila kumelihat gerak-gerik ketidakjujuran
Bila kumencium aroma keminafikan
Bila kurasakan tindak kedzoliman
Ku-kan berusaha meluruskan
Bila mampu dengan tanganku
Bila tanganku lumpuh, mungkin dengan lidahku
Bila lidahku kelu selemah-lemahnya dengan hatiku
Walau dinding kokoh menghadangku di muka
Ku-takkan gentar
Menghalau tangan-tangan syetan yang merajai
Mengotori kesucian bumi
Karena kutakut kelak nanti
Bila dimintai pertanggungjawaban oleh Sang Illahi
Sebagai khalifah di bumi
Sungguh kan binasa nanti, bila tak kuat pegang diri
DIAM ITU EMAS
Gelora hati tak tertahankan
Ingin kuteriak, kumaki, kutampar
Kulempar dengan sebongkah batu besar
Biar kecoa-kecoa itu mati
Dihantam keangkuhannya sendiri
Namun, aku beruntung, terselamatkan
Karena kupunya teman yang setia
Dia punya hati yang tulus
Dan takkan mungkin dia hianatiku
Dia katakan, ”Diam itu emas”
Ya, aku akan diam
Selagi gelora hatiku membara
Karena kan mudah salah bicara
Maksud hati hendak meluruskan
Apa daya benang kusut menghampiri
Tapi, bila hati t’lah dingin
Kan kuberi informasi
Mana yang palsu dan mana yang asli
Karena emas takkan tertukar dengan perunggu
BAB V
PERSEMBAHAN UNTUK ORANG-ORANG SPESIAL
A. PROLOG
Dalam perjalanan hidup seseorang tidak akan terlepas dari kehadiran orang-orang yang spesial yang memberikan spirit dan inspirasi dalam mengisi hari-hari dengan penuh arti dan mengandung makna.
Sebagai tanda cinta pada orang-orang tersebut, maka terlahirlah inspirasi dalam bait-bait puisi.
B. PUISI-PUISI KARYA HARTINI
KARTINI SAAT INI
Wahai Ibu R.A. Kartini
Kau berjuang begitu gigih
Tuk membela hak-hak wanita
Dengan jiwa emansipasi
Perjuanganmu
Kini telah berbuah manis
Wanita-wanita penerusmu di Indonesia
Kini telah mendapatkan haknya
Namun,
Maaf Ibu R.A. Kartini
Ruh perjuangnmu telah banyak diselewengkan
Wanita-wanita Indonesia kini
Kebablasan mengatasnamakan emansipasi
Bila Engkau masih hadir sampai saat ini
Entah apa yang akan kau rasakan
Engkau akan tercengangkah, bahagiakah
Atau kecewakah ???
Karena, kartini-kartini saat ini
Telah melesat jauh memperoleh haknya
Melampaui batas-batas yang seharusnya
Ibu R.A. Kartini
Engkau takkan sanggup lagi
Membendung keinginan-keinginan
Penikmat hasil perjuangan emansipasimu
Yang cenderung meleset dari kodrati wanita
MISI R.A. KARTINI DAN MISI HARTINI
Aku ditakdirkan
Tuk lahir bertepatan dengan harimu R.A.Kartini
Yaitu tepat tanggal 21 April...........
Sekian puluh tahun yang lalu
Salahkah diriku
Bila mengikuti naluriku
Tuk menapaki hasil perjuanganmu
Dalam dimensi emansipasi
Saat dulu Kau berjuang
Tuk mensejajarkan hak wanita atas pria
Dan hasilnya, kini tlah terbukti
Wanita telah memperoleh hak berpendidikan tinggi
Bahkan berkarier dalam jabatan tinggi
Saat kini
Aku pun sedang berjuang
Tuk mengamalkan ilmu yang telah aku dapatkan
Atas hak berpendidikan tinggi
Ilmu yang aku dapatkan
Aku terapkan pada anak-anak didikku
Aku ajarkan mereka
Cara menggapai bintang di langit
Aku dorong mereka
Tuk memiliki semangat yang tinggi
Aku tiupkan ruh religi sebagai rem diri
Supaya mereka memperoleh jati diri
Sebagai anak negeri
Mungkin berbeda
Misi perjuanganmu R.A.Kartini
Dengan misi perjuanganku
Sebagai HARTINI
Namun
Tetaplah sama
Dalam satu ruh perjuangan sebagai seorang wanita
KU TAK INGIN MELEPASKANMU
Tatapan bening bola matamu
Membuatku terpesona
Senyuman indah bibir mungilmu
Membuat jantungku sesaat tak berdetak
Celoteh mesramu dikesunyian malam
Hangatkan batinku tiada kira
Lentiknya jemarimu nan lembut
Merengkuh mesra dipelukanku
Kudekap, kucium dan kubelai jiwa ragamu
Tak ingin kelepas
Sampai fajar menyingsing
Karenanya
Bila fajar tlah menyingsing dan mentari tlah terbit
Dirimu kan beralih pada pelukan yang lain
Sementara itu
Diriku kan segera pergi bergegas
Berpacu dengan waktu
Dalam roda-roda kehidupan syarat kemunafikan
Tuk mengais rizki
Dengan modal tekad dan ridlo Illahi
Dikejauhan ini
Diantara dinamika langkah-langkah tugasku
Diriku tak dapat memungkiri
Hati dan pikiranku
Senantiasa tertambat padamu
Sehingga mendorongku
Tuk senantiasa berlari dan berlari
Agar dapat kembali memeluk dan menciummu
Dalam kehangatan dan kelembutan kasihku padamu
Oh........sayangku
Oh........cintaku
Oh........buah hatiku
Nantikan bundamu
Jadilah anak manis dengan pengasuhmu
Tak lama lagi
Bundamu kan segera pulang
Tuk dapat kembali
Memeluk dan menciummu
Bunda kan lepas dirimu lagi
Bila fajar tlah menyingsing
Di esok hari
BUNDA
Bunda
Iringan doamu atas kepergianku
Tuk mencari ilmu
Bagaikan pelita yang menyinari
Di saat kegelapan
Bagaikan embun penyejuk
Disaat kegersangan jiwaku
Namun, Bunda
Sampai detik ini
Nanda belumlah mampu
Tuk mencapai harapanmu
Nanda belumlah bisa apa-apa
Nanda belumlah mampu berbuat sesuatu
Nanda hanyalah bisa menyusahkanmu
Bunda
Doa tulusmu senantiasa nanda harapkan
KABAR DUKA
Dikala fajar mulai menampakkan dirinya
Dari balik jendela
Kulihat dua sosok kecil menghampiri pintu rumahku
Dan suara ketukan pun terdengar nyaring
Disusul suara salam yang melengking
Dengan hati berdebar dan pikiran berpraduga
Kubuka daun pintu dan kusapa mereka
Dari wajah yang pucat dan suara yang tak jelas
Karena tersekat gejolak hati
Tercurah suatu berita
Berita yang membawa duka
Satu diantara saudaraku
Tlah dipanggil oleh Yang Punya
Tuk menghadap keharibaan-Nya
Dan seuntai doa mengalun lirih
Dari bibirku yang menjadi kaku
Innalillahi wa inna ilaihi raajiun
SI JAKET MERAH
Si jaket merah
Begitulah sahabatku menyapa dirinya
Yang artinya
Jangan lupakan anak sejarah
Lembayung merah di senja ini
Menghadirkan keceriaan dan kesetiaan
Atas tugas dan amanah yang diemban
Tuk membimbing wajah-wajah lugu dan lucu
Murid-murid kecilku
Canda dan tawa ceria
Yang selalu mereka hadirkan
Senantiasa memberikan kebahagiaan
Dan keceriaan
Serta menghilangkan kepenatan dan kedukaan
Cerita-cerita lucu
Dan pertanyaan-pertanyaan lugu
Serta pujian-pujian tulus
Dari murid-murid kecilku
Senantiasa menghadirkan kerinduan
Akan kebersamaan dengan mereka
PESAN TUK SEORANG TEMAN
Di awal hari nan sejuk
Ingin kusampaikan gemuruh di hati
Yang tlah mengisi rongga dadaku
Sejak hari rabu lalu
Hari itu.........
Kulihat dirimu begitu menggebu,
Dengan lantang mencontohkan bait-demi bait
Hingga Agung pun terpana dibuatnya
Semangat 45 menyatu dalam dirimu
Kurasakan kesungguhan
Tuk memberikan yang terbaik
Demi anak didikmu yang terpilih
Aku lega...dan aku merasa yakin
Dirimu yang dulu tlah kembali
Setelah badai topan
Bahkan angin puting beliung
Menghantam jiwa ragamu
Hingga membuat dirimu oleng
Seolah tak berpijak pada bumi
Tatapan matamu hampa...........
Jauh menerawang
Mungkin sampai ke alam baka
Sambil mencari
Sosok ayah yang dicinta
Mulai hari ini
Diriku semakin yakin
Bila kulepas genggaman tanganku
Kau kan mampu berdiri ajeg menapak di bumi
Dan tatapan matamu tlah kembali penuh berisi
Karena, kulihat dan kurasakan
Ragamu yang sejenis
Nampak begitu berharap tuk menggenggammu
Aku tahu apa yang dia mau
Dan aku tahu dirimu tak pantas jadi milikku
Karena aku hanyalah bagian luar dari dirimu
Tuk massa yang akan tiba
Diriku kan menjauh, menjauh darimu
Biarlah dia yang mendekatimu
Dan berekspresi dengan apa yang dia mau
Ku harap dirimu mengerti dengan isi hatiku
Agung namamu
Sosokmu tlah mencuri hatiku
Gerak gerik
Tingkah polahmu
Begitu menawan dimataku
Agung,
Kutemukan kau disaat kubutuhkan
Jiwa bersih yang kau miliki
Kecerdasan yang tlah terpatri
Serta api semangat yang kau kobarkan
Dapat menghidupkan
Jiwa-jiwa yang setengah mati
Agung namamu
Berkatmu
Kan kupancangkan tiang-tiang kokoh di bumi pertiwi
Pagi ini
Mentari begitu cantik menawan hati
Senyuman tulus
Pancaran sinar mata yang bening
Serta sikap yang bersahaja
Telah mencuri hati sang pemegang pena yang arif
Suara lembutnya tlah dapat menghifnotis
Puluhan pasang mata yang berada di ruang arena
Riuh rendah yang menggema
Berganti menjadi hening, sunyi, senyap
Mentarie
Sinarmu begitu menghangatkan
Senyummu sangat memabukkan
Kecerdasanmu sungguh membanggakan
Bakatmu mudah disalurkan
Mentarie
Kau mengingatkanku
Arti ketulusan dan kehangatan
Serta cinta dan kesahajaan
DUA JAGOAN
Saat terjaga
Riuh rendah selalu menjadi warna
Menghiasi hari-hari tiada henti
Sampai tak pasti kapan menjadi sunyi
Naruto, itulah aku
Sasuke, itulah kamu
Renger merah, itulah aku
Renger biru, itulah kamu
Spiderman tak pernah absen
Dari daftar baju dan apapun jua
Namun Batman dan Superman
Sesekali diabsen, sudah itu terlupakan
Siapa yang hebat ?
Siapa yang kuat ?
Menjadi rebutan, satu diantara dua
Dua-duanya hebat !!
Dua-duanya kuat !!
Karena keduanya jagoan bunda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar