Minggu, 26 April 2009

Karya Sastraku

Karya sastraku ini merupakan kumpulan puisi yang sudah dibukukan dengan judul PERJALANAN KARTINI MASA KINI yang diterbitkan baru di kalangan terbatas yang mencintai sastra sederhana. Kumpulan puisi ini menceritakan perjalanan seorang Hartini sebagai penerus pejuang emansipasi wanita yaitu R.A.Kartini.

Ibu kita HARTINI

Putri Pak Umri dan Ibu Suhaenah

Itu orang tuanya

Wahai Ibu kita Hartini

Putri asli Kuningan

Sungguh besar semangatmu

Untuk kemajuan

Di bawah kaki gunung Ciremai, pada hari Rabu tanggal 21 April 1971 terlahirlah ke dunia yang fana seorang bayi mungil nan elok. Pada saat itu terdengar samar-samar ketelinga ibunda lagu ,”Ibu kita Kartini putri

sejati……………..” yang mengumandang dari sebuah radio. Lagu tersebut mengingatkan pada tokoh pahlawan wanita Indonesia yaitu R.A.Kartini. Maka bayi mungil itu diberi nama HARTINI sebagai tanda mengenang hari KARTINI.

Hartini kecil berbeda dengan saudara-saudara lainnya yang berjumlah 8 dan dia adalah “pangais bungsu” dari 9 bersaudara. Dia lincah dan semangat belajarnya tinggi, sehingga sejak SD selalu mendapat prestasi.

Pendidikan dasar s.d. sekolah lanjutan atas diselesaikan di kota Kuningan jawa Barat dan pendidikan tinggi di IKIP Bandung jurusan Psikologi Pendidikan dan

PERJALANAN

KARTINI MASA KINI

( Dalam Kumpulan Puisi )

Oleh :

HARTINI, S.Pd

( UNTUK KALANGAN SENDIRI )

Bimbingan sampai mendapat gelar S.Pd. Kemudian tidak lama setelah lulus sarjana diangkat menjadi PNS sebagai guru di SMPN 1 Darma Kuningan pada tahun 1998. Kemudian mutasi ke SMPN 1 Kadugede Kuningan s.d. sekarang.

Pada tahun 1999, menerima kodrat sebagai wanita untuk berumah tangga dengan seorang lelaki tangguh yang bernama Diana Mukti dan diberi kepercayaan oleh Allah untuk membesarkan dan mendidik dua jagoan yang diberi nama Syahrul Rohman Zaelani Mukti (Arul) tahun 2000 dan Syahril Rohim Zulfikar (Aril) tahun 2004.

Semangat kemajuan yang tertanam di jiwa HARTINI lebih difokuskan pada tulisan, dengan menjadi penulis tetap di Buletin PGRI Kuningan sebagai pengasuh rubrik Layanan Konsultasi sejak tahun 2008.

Salah satu keistimewaan yang dimiliki

manusia adalah kemampuan untuk

merubah yang minus menjadi plus.

(Dale Carnegie)

Persembahan untuk :

Dua jagoanku Arul dan Aril

Serta lelaki tangguhku

Diana Mukti

KATA PENGANTAR

Pejuang emansipasi wanita R.A.Kartini menjadi inspirasi dalam perjalanan hidup saya, karena secara kebetulan saya lahir bertepatan dengan hari lahir R.A.Kartini yakni pada tanggal 21 April. Dan kebetulan pula orang tua saya memberi nama yang mirip dengan nama R.A.KARTINI yaitu HARTINI.

Ruh perjuangan R.A.Kartini membimbing saya untuk meneruskan tapak-tapak perjuangannya.

Yang saya tahu, perjuangan R.A.Kartini lebih banyak dicurahkan melalui surat menyurat dengan sahabat-sahabatnya yang dianggap mengerti dan memahami tentang pikiran, mimpi, harapan dan angannya untuk mendobrak adat tradisi yang membelenggu kaum wanita bangsa Indonesia.

Surat-surat R.A.Kartini dengan segudang idealismenya bila dibiarkan tercecer, maka akan menjadi sia-sia tanpa arti. Namun setelah dihimpun dan dibukukan, surat-surat tersebut begitu dahsyat pengaruhnya sampai dapat mengubah sejarah bangsa Indonesia.

Terinspirasi dari hal tersebut, puisi-puisi karangan saya ini bila dibiarkan tercecer, maka akan mubadzir dan tidak ada yang memanfaatkan. Karena coretan-coretan
puisi itu ada di lembaran terpisah dan tercecer di mana saja.

Saya berharap, dengan dihimpun dan dibukukan puisi-puisi curahan hati saya tentang perjalanan hidup saya ini ada manfaatnya buat anda pembaca.

Walaupun tidak sampai mengubah sejarah bangsa, paling tidak dapat mengukir sejarah kehidupan saya, bahwa di hari ulang tahun saya yang ke-38, saya sudah dapat mengarang sebuah karya sastra yang sederhana.

Saya berharap karya sastra yang sederhana ini dapat memberikan apresiasi yang positif bagi anda para pecinta sastra.

Kuningan, 21 April 2009

Penulis

HARTINI, S.Pd.

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar ................................................... i

Daftar Isi ............................................................ ii

BAB I. Periode Pencarian Jati Diri ............ 1

A. Prolog .............................................. 1

B. Puisi-puisi Karya Hartini.............. 2

BAB II. Periode Manis Pahitnya Cinta ........ 19

A. Prolog............................................... 19

B. Puisi-puisi Karya Hartini ............. 20

BAB III. Periode Romantika Rumah Tangga.. 43

A. Prolog .............................................. 43

B. Puisi-puisi Karya Hartini............... 44

BAB IV. Periode Dinamika dengan Rekan Kerja 51

A. Prolog ............................................... 51

B. Puisi-puisi Karya Hartini .............. 52

BAB V. Persembahan untuk Orang-orang Spesial 67

A. Prolog ............................................... 67

B. Puisi-puisi Karya Hartini............... 68


BAB I

PERIODE PENCARIAN JATI DIRI

A. PROLOG

Menjelang masa dewasa awal, seseorang dilanda gamang akan peranannya sebagai individu yang mandiri. Kartini masa kini sedang mencari-cari sosok diri yang sebenarnya,”SIAPA AKU, BAGAIMANA AKU, KENAPA AKU?”

Perasaan galau akan arti hidup, tak lepas dari perenungan-perenungan pada Sang Kholik. Dari pencariannya tibalah pada sebuah titik akhir, Kartini masa kini menemukan jati diri yang sebenarnya, sehingga tidak merasa sebagai penggenap lagi.


B. PUISI-PUISI KARYA HARTINI

SIAPAKAH AKU ???

Hai ........

Siapakah aku ?

Kamu apakah aku ?

Dia apakah aku ?

Mereka apakah aku ?

Bukan !

Aku bukan kamu

Aku bukan dia

Aku bukan mereka

Lantas............

Siapakah aku ini ?

Apakah aku ini benalu...............

Yang ketergantungan hidupku pada pohon induk ?

Apakah aku ini bunglon............

Yang selalu berubah-ubah warna ?

Apakah aku ini seekor penyu yang pemalu ?

Apakah aku ini kecoa yang liar ?

Apakah aku ini ubur-ubur yang selalu mundur ?

Aku ...............

Siapakah aku ini............????????

PERAN DIBALIK LATAR

Sebutir pasir

Menggelinding kian kemari

Terhempaskan..........

Diantara hamparan padang nan luas

Terkucilkan............

Dari kumpulannya yang terbuang

Menyatu di batu, terhembuskan

Berlindung di daun, tertiupkan

Bersantai di lantai, tersapukan

Merapat ke keset, terinjakkan

Akhirnya ............

Pada puncak keterasigannya

Dia.............

Menjerit, memekik dan menerjang

Mencoba menguak keterasingannya

Ada apakah gerangan ??



SATU DIANTARA MEREKA

Semua tak acuh

Dan kaku

Sikap-sikap congkak

Dan omong besar

Serta tertawa ngakak

Menjadi penyedap

Gerak lagkah

Kecoa-kecoa yang agresif

Berebut periuk

Sementara itu

Di sudut sana

Diantara pikuk yang ambisi

Terdapat seekor lalat

Yang terhempas

Tak punya daya

Karena cacat disandang

Hingga tak kuasa menyombongkan jasa

Hanya asa yang berkata

DIANTARA KATA-KATA DAN ANALISA

Diantara kata-kata dan analisa

Mereka memiliki makna

Ada maksud yang terkandung

Ada missi yang terisikan

Ada tujuan yang ditujukan

Hingga kata-kata yang terucap tiada sia-sia

Pikiran yang tersirat mudah dicatat

Sementara itu...........

Da pula kata-kata tanpa analisa

Ucapan tiada makna

Buah pikiran, dangkal perhitungan

Apa sebab??

Tak pandai membaca alam

Tak mampu memanfaatkan waktu

Tak peka terhadap keadaan

Tak suka melatih asa dan rasa



DIA YANG PENUH MAKNA

Air mukanya

Tersirat keseriusan

Kaku

Tegang

Setiap langkah diatur

Setiap gerak diperhitungkan

Tiada kata yang tak bermakna

Tiada ucapan yang sia-sia

Waktu adalah detak jantungnya

Maka..........

Tak ada saat tuk bersantai-santai

Tak ada saat tuk termenung

Tak ada saat tuk melambung

Hingga.....

Saat-saat dia penuh dengan makna

Namun....

Itu semua tak mampu tuk ditirukan

Oleh seonggok jiwa yang rapuh


TUAN YANG BERKATA PENUH MAKNA

Tuan, yang berkata penuh makna

Yang bicara tentang konsep

Yang berdiskusi tentang prinsip

Yang berdebat tentang pendapat

Sudahkan tuan lihat ?

Sudahkah tuan rasakan ?

Apa yang sesungguhnya tuan lakukan ?

Dibalik semua konsep dan prinsip

Yang tuan perdebatkan

Terdapat seonggok jiwa

Yang polos akan konsep

Yang leemah dalam berdebat

Namun kaya dalam perilaku

Dia sujud pada Pencipta

Dia beribadah setiap saat

Dia taat dan tawakal

Berhati lembut dan penyabar

Akankah tuan biarkan dengan ketidaktahuannya ?



SEPASANG KAKI

Sepasang kaki

Terseok-seok

Menelusuri lorong-lorong kehampaan

Berjalan tanpa arah

Singgah tanpa makna

Hadir tanpa arti

Namun

Dia terus berjalan

Dimana ada cahaya, dia kejar

Dimana ada pelita, dia datangi

Sampai tiada lelah

Mencari dan menelusuri

Jati dari segala jati

Agar hidup bermakna dan berarti

Barulah sampai pada satu persinggahan

Haruslah ada prinsip yang memimpin

Setiap gerak dan langkah

Agar terarah

Kukuh kuat pada Yang Haq



TAMAN-TAMAN SURGA

Noda-noda hitam

Di masa lalu dan masa kini

Mengotori sucinya jalan hidup

Menghalangi nikmatnya bau surgawi

Adakah dosa kan terhapus ?

Kalaulah tanpa tobat nasuha

Akankah bau surgawi kan tercium ?

Kalaulah tanpa ibadah yang nyata

Setiap insan di dunia

Tentunya inginkan bahagia di akhirat

Menikmati indahnya taman-taman surga

Berkumpul

Bersama orang-orang yang dicintai Sang Pencipta

Menikmati waktu-waktu yang tiada terasa

Yang tiada batas akhir

Akankah, aku menikmati taman-taman surga ?

Sementara diriku penuh dengan dosa

AKANKAH AKU MENCIUM BAU SURGA ???

Robby .....

Akankah aku mencium bau surga saat ini ?

Sementara di seberang sana

Barisan shaf-shaf yang berdesakan

Berruku dan bersujud setiap saat

Mengaji dan mengkaji kalam Illahi

Setiap hari

Tiada henti

Bersabar dan tawakal

Dalam menghadapi ujian

Bercahaya pancaran matanya

Berdzikir setiap saat

Mulut dan hatinya

Ramah dan menyebar salam

Sedangkan diriku ??

Jauh dari semua itu

Robby.....

Tunjukalah aku pada jalanMu yang lurus

AKU HARUS BERBENAH DIRI

Aku harus berbenah diri

Dari ketidakacuhanku pada ibadah

Dari ketidakacuhanku pada konsep hidup

Dari kegoyahanku dalam prinsip

Dari kekakuanku dalam bergaul

Dari keangkuhanku dalam bersikap

Dari ketidakpedulianku terhadap kesusahan orang

Dari ketakterarahanku dalam melangkah

Dari kehampaanku dalam memandang

Dari .............

Semua yang tak patut aku pertahankan

Dalam mengarungi hidup ini

Yang semuanya itu menghalangi diriku

Tuk merasakan bau surga

Menghalangi diriku

Merasakan dekat denganNya

Menghalangi diriku

Menikmati getar-getar cintaNya

Aku harus berbenah diri

Harus!!!


KUSERAHKAN DIRIKU PADA-MU

Disaat malam yang senyap ini

Ku-kan mencoba langkah baru

Dalam memaknai arti hidup

Kan kuserahkan diriku saat ini

Dalam sujud penuh khusyu

Bersimpuh dihadapanMu

Mengakui dosa-dosa yang diperbuat

Menangisi jalan hidup yang sesat

Menyesali hari-hari yang tiada arti

Robby.....

Aku kan datang memenuhi panggilan-Mu

Raihlah diriku dengan segala kehinaan

Dan ketakberdayaanku

Berilah kehangatan jiwaku

Dengan belaian kasih-Mu

Sejukkanlah jiwaku

Dengan cahaya cinta-Mu

AKU TAK INGIN MENJADI PENGGENAP

Langhkahku kini tak hampa lagi

T’lah kutemukan satu pelita

Dalam tujuan hidupku

Yang harus menjadi prinsip

Yang tak boleh tergoyahkan

Oleh sekuat apapun badai

Yang akan

Mengoyak benteng hatiku

Mulai saat ini

Setiap langkahku harus terarah

Setiap perbuatanku harus terpatri

Setiap ucapanku harus penuh makna

Tiada lagi

Kesia-sian yang boleh kubiarkan

Aku tak ingin

Hanya menjadi penggenap saja

Tapi.....

Aku harus menjadi

Insan yang dapat memberi manfaat pada yang lain

SAAT ITU AKU..........

Dahulu

Saat aku tak punya aktivitas

Dan saat namaku tak diperhitungkan

Aku, begitu cemas

Dan kecewa

Tatkala namaku tak disebut

Ingin rasanya kuberkata

Aku bisa

Aku mampu

Dan aku mau

Tapi...........

Itu hanya kuucapakan dalam hati

Sambil merunduk malu dan ragu

Serta bertanya pada diriku sendiri

Benarkah aku mampu ?

Entahlah

Yang pasti, saat-saat itu

Aku belum mempunyai kesempatan

Untuk menampakkan jati diri

Saat itu.........

Hati kecilku begitu menggebu

Tuk dapat berperan serta

Tetapi..............

Sepertinya orang-orang tak percaya

Dan tak memberi kesempatan padaku

Hingga aku semakin tenggelam

Dengan kekecewaan dan ketakmampuan

Saat itu aku....

Senantiasa bertanya-tanya

Bisakah aku seperti mereka ???

Mampukah aku ???


AKU KINI

Kini............

Aku mulai berubah, tak seperti dulu lagi

Yang pemalu, yang peragu dan yang lugu

Aku mulai menampakkan jati diri

Namaku mulai diperhitungkan

Perananku sudah dimanfaatkan

Hingga kini

Aktivitasku tak terbilang

Pergi sini, pergi sana

Pergi pagi, pulang malam

Sampai waktuku rasanya kurang

Aku kini..........

Sudah jadi orang sibuk, sepertinya..........

Hingga aku jarang di rumah

Apalagi kumpul bersama

Dan aku rasakan pula

Kerenggangan dengan sahabat-sahabatku

Tak ada lagi rujak party

Tak kujumpai lagi baso party

Tak kutemui lagi ngerumpi

Kini..............

Aku selalu jalan sendiri

Pergi dan pergi

Menepati janji

Melaksanakan tugas

Mengemban amanah

Karena dalam benakku kini

Terpatri dengan dengan janji

Tuk senantiasa menjalankan amanah

Yang jadi tanggung jawabku

Namun ............

Dibalik kesendirianku

Dibalik kesibukanku

Aku rasakan kerinduan

Akan kebersamaanku dengan mereka

Sahabat-sahabatku

Dikala aku masih lugu dan membisu


AMBISI, KURSI YANG KUJAUHI

Jejak-jejak langkahku, dulu

Penuh motivasi dan ambisi

Tuk meraih kursi

Ambisi

Kursi

Tlah terpenuhi

Di organisasi

Waktupun bicara

Ambisi dan

Kursi

Tidakm lagi menjadi porsi

Kebosanan

Kejenuhan

Kini, melanda

Ambisi

Kursi

T’lah jauh dan dijauhi

Ketenangan

Kedamaian

Yang ingin aku miliki

BAB II

PERIODE MANIS PAHITNYA CINTA

A. PROLOG

Menjalani tugas perkembangan sebagai seorang dewasa yaitu mulai memikirkan tentang masa depan dan perkawinan.

Kartini masa kini bertemu dengan sosok lelaki tangguh yang berhasil menaklukan hatinya dan membuatnya jatuh bangun dalam manis pahitnya warna-warni cinta.



B. PUISI-PUISI KARYA HARTINI

ASAKU YANG TERJAWAB

Di akhir tahun yang lalu

Assaku mulai terjawab

Dari sekian kumbang yang datang

Dan menghampiri, serta kemudian pergi

Juga meninggalkan bekas luka di hati

Ada satu yang terpatri

Dalam hati nan suci

Dia datang dengan tiba-tiba, tapi nyata ada

Itu yang aku suka

Walau tanpa kata-kata dengan sejuta makna

Dan tanpa perhatian yang berlebihan

Tapi dia hadir dihatiku

Dan

Akupun singgah dihatinya

Hingga lahir kata sepakat

Tuk bersatu dan menyatu



BULAN-BULAN PERTAMA

Bulan-bulan pertama

Aku bersamanya

Begitu terasa indah dan bahagia

Kemanapun aku pergi, dia ada

Dimanapun aku hadir, dia ada

Hingga terasa begitu cepat

Hari-hari yang kulewati bersamanya

Keharmonisan

Antara aku dan dia

Di bulan-bulan pertama

Terkadang membuat jenuh

Dan terasa monoton


DINAMIKA CINTA

Kerukunan di bulan-bulan pertama

Menjalin tali kasih

Mulai terusik

Dengan pertengkaran

Dan kemarahan

Dengan perselisihan

Dan kesedihan

Dengan ketakpedulian

Dan kekecewaan

Hingga, tiada pertemuan tanpa kebencian

Tiada pertemuan, tanpa ketegangan

Yang membuat stabilitas mulai terancam

Kan berakhir sudah di tengah jalan

Namun,

Tali kasih yang kuat berakar

Tiada pernah mau melepas

Dan berkata

Inilah dinamika cint


DIAM DAN BISU

Marahnya

Adalah diam

Kecewanya

Adalah diam

Bingungnya

Adalah diam

Diam dan bisunya

Itulah yang harus kutahu

Apakah gerangan

Yang ada dibenaknya

Dan dipikirnya

Hingga ucap kan berjawab

DAMAI YANG KEMBALI

’Tlah sekian lama

Asa tercabik

Dalam kemarahan dan kekecewaan

Kembali sudah

Pada asa

Yang tenang

Dan

Tentram

Pada kedamaian

Cinta kasih

Dengan

Kekompakan

Dan

Keharmonisan


dia

dia, gagah

dia, ganteng

dia, si hitam manis

dia, yang berkumis

dia, yang ke-bapak-an

dia, milikku

dia, cintaku

dia, kasihku

dia, yang selalu bersamaku

dalam mengukir hari-hari yang indah

yang tiada pernah aku jumpai

sebelum itu

dia, akankah menjadi milikku selamanya?

Hingga akhir hayatku

Ataukah

dia, hanya menghiasi sebagian hidupku ?

dan

berakhir di tengah waktu ?


SEBAIT KATA UNTUKMU..............SAYANG

Dipertengahan malam ini

Izinkanlah kuucap sebait kata

”Selamat Ulang Tahun”, sayang.........

S’moga dirimu mendapatkan kebahagiaan

Di hari yang bersejarah ini,

s’moga cinta dan kasih sayang-Nya

sentiasa tercurah padamu

s’moga prestasi dan prestise kan kau raih

tuk menyongsong masa depanmu

s’moga kebugaran dan kesehatan jasmanimu

sentiasa terjaga

s’moga............

masa yang berganti masa

sentiasa merambat tak dapat dihalau jua

kesedihan dan kebahagiaan

kegagalan dan kesuksesan

sentiasa jadi hiasan

hidupmu, ku, dan mereka


KAMAR PENGANTIN

Saat kupandang

Kamar pengantin

Putri ibu kost-ku

Ada rasa lain yang bergemuruh di dadaku

Kucoba masuk

Duduk

Dan

Terlentang

Di atas ranjang pengantin

Kupandang

Langit-langit kamar pengantin

Dengan rasa yang hampa

Dan

Hati penuh tanya

Kapankah ? kapankah ? kapankah ?

Aku kan memiliki kamar pengantin

MENGHADIRI DAN MEMBANTU

Tak terbilang

Undangan pernikahan yang aku hadiri

Baik sendiri

Maupun bersamanya

Pula

Membantu dan membantu

Calon raja dan ratu sehari

Sampai hari ini

Pun

Aku terlibat

Dalam kepanitiaan pernikahan

Putri ibu kost-ku

Yach !

Menghadiri, dan

Membantu

Pernikahan orang lain

Itu

Yang baru bisa kulakukan

BERSAMA IBU-IBU

Bersama ibu-ibu

Aku meracik bumbu

Mengiris daging

Menumis sayur

Menggoreng-goreng-goreng

Tuk acara pernikahan

Putri ibu kost-ku

Bersama ibu-ibu

Aku tertawa

Aku bercanda

Serta bicara

Apa-apa tentang calon mertua

Itung-itung aku belajar

Juga persiapan

Bila tiba saat nanti punya mertua

SATU HARI SEBELUM HARI INI (14-12-95)

Satu hari

Sebelum hari ini (14-12-95)

Dirimu hadir,

Tanpa kuduga

Diluar rencana

Disaat kesibukanku

Diantara deretan nilai-nilai raport murid-muridku

Juga kelusuhan wajahku

Serta ketastabilan emosiku

Membuat diriku terusik

Dengan sikapmu

Yang dingin

Dan

Bisu

Pula keputusanmu

Akan batalnya

Rencana

Kepergian kita bersama

Hari ini (14-12-95)

Hari yang istimewa

Bagi kita

Hari yang bersejarah

Mengukir

Kebersamaan diantara kita

Hari yang menyatukan

Dua hati yang berbeda

Namun

Satu hari

Sebelum hari ini (14-12-95)

Dirimu

T’lah menghancurkan

Harapanku dan anganku

DIMALAM YANG SENYAP

Malam semakin senyap

Anginpun

Mengusik tulang sum-sumku

Namun

Mata dan hatiku

Belumlah dapat terlelap

Dan

Gelisahpun

Datang mencekam

Kuhibur diriku

Dengan membaca

Bait-bait puisi tentang-mu

Kucoba

M,erenungi dan mentafakuri

Kebersamaanku dengan-mu

Dan

Ada giris direlung hatiku

Akan harapanku padamu

GENAP SATU TAHUN

Hari ini (14-12-95)

Genap sudah satu tahun

Kebersamaanku dengannya

Banyak peristiwa yang kuukir bersamanya

Dalam satu tahun ini

Keindahan cinta yang membuai

Seolah menutup mata dari realita

Panah asmara yang membara

Membawa duka nestapa

Sucinya cinta sejati

Mengeratkan tali kasih yang kian bersemi

Genap sudah satu tahun

Kisah kasihku dan dia

Suka – duka

Bahagia – nestapa

T’lah kulalui bersamanya

Dan cinta di dada

Makin membara

BILA KONFLIK YANG BICARA

Kangen,

rindu, melanda

karna

lama tak sua dia

namun

dikala dua asa bersua

amarahlah yang melanda

karna

konflik yang bicara

hingga

kangen,

rindu

pun

hilang

ditelan

badai-topan

keputusasaan



DISAAT KUBICARA

Disaat kubicara

Tentang kita

Masa depan

Dan pernikahan

Kau diam

Dan bisu

Pula

Pandangan sayu

Disaat kubicara

Tentang keinginan

Dan harapan

Atas kebersamaan kita

Selama ini

Kau merunduk

Dan kuyu

Pula

Berkata,”sakit kumendengarnya.

AKANKAH ???

Kebisuannya dan kebekuannya, kali ini

Nampaknya sulit tuk kucairkan lagi

Dan kepergiannya

Menggoreskan luka yang dalam di hatiku

Namun

Kumasih dapat melepasnya dengan tatapan sendu

Dan iringan doa bagi dirinya

Kepergiannya kali ini,

Kurasakan tak-kan pernah kembali

Tuk singgah di rumahku

Dan aku merasakan semakin jauh dan jauh

Dari dirinya

Akankah dia kembali singgah di rumahku ???

Dan menyapa keluargaku ???

TANYA YANG BELUM TERJAWAB

Sepercik harap

Nan selalu menggantung

Di atas awan biru yang kian kelabu

Sejuta tanya

T’lah kutujukan pada-Nya

Namun

Belumlah sampai

Pada apa jawab-Nya

Walau

Belumlah sampai

Asaku terjawab

Tiadalah lelah

Ku-kan terus bertanya pada-Ny

KEPASRAHANKU

Robby,

Kupasrahkan jiwa ragaku

Hidup dan matiku

Pula

Seluruh apa yang engkau titipkan padaku

Hanyalah untuk-Mu

Tiada daya

Dan

Tiada pula upaya bagi diriku

Kecuali

Atas pertolongan dan perlindungan Engkau

Robby,

Satu yang aku minta

Jangan jauhkan aku dari kenikmatan ber-Isla


BIARLAH DIA YANG MENGATUR

Gejolak asaku begitu menghimpit dada

Panas darahku menggejolak ke atas kepala

Tiada disangka dan tiada diduga

Tangan yang kuraih

Sikut yang kuterima

Bila kuingin

Nafsu yang bicara

Hapuslah sudah amal yang ada

Coba kudinginkan kepala

Serta melapangkan dada

Biarlah Dia yang mengatur semua

Atas apa yang dijanjikan-Nya

SEKUNTUM BUNGA

Sekuntum bunga

Diantara kumbang yang lalu lalang

Tak gugur disentuh angin

Tak lepas dihantam badai

Tetaplah mekar di atas batangnya

Dengan disertai

Aroma wangi yang menyejukkan

Sampailah tiba

Seekor kumbang yang kan datang

Yang berhak menyentuh dan menghisap

Manis madunya

MAWAR BERDURI

Ketika mawar merah merekah

Kumbang berdatangan silih berganti

Mereka pulang dan pergi

Menghisap madu yang manis

Namun tiada mereka sadari

Dari madu manis itu

Ada sebaris duri dari dahan

Entah mengapa

Duri-duri yang tajam itu

Tak berarti apa-apa buat kumbang

Hanyalah manis madu

Yang mereka cari dan dapati

KASIH DAN SAYANG

Ya Rahmaan.........

Ya Rahiim.............

Kasih yang kumiliki

Sayang yang Kau-beri

Begitu indah dan nikmatnya kusyukuri

Tiada henti ingin kudapati, dan

Takkan rela tuk melepasnya

Atas kasih dan sayang yang Kau-berikan

Walau...........

Hanya asaku yang dapat merasakan

Bisikan kasih, dan

Limpahan sayang yang Kau-curahkan

Ku-kan setia menanti

Bisikan-bisikan yang kan Engkau curahkan

Hingga kudapatkan

Kelapangan hati tuk saling berbagi

Dan merasakan

Atas apa yang t’lah Engkau berikan

Dengan kasih dan sayang

BAB III

PERIODE ROMANTIKA RUMAH TANGGA

A. PROLOG

Perjuangan R.A.Kartini tentang emansipasi wanita betul-betul menjadi tolak ukur dalam perjalanan hidup seorang Hartini. Dalam perjalanan rumah tangga menjalani pemberontakan-pemberontakan terhadap sang suami yang membelenggu dirinya untuk memperoleh hak dalam berkarier di dunia pendidikan.

Namun pertentangannya disalurkan dalam bentuk karya tulis (membuat artikel, puisi, dll), sebagai penyadaran diri terhadap kodrat seorang wanita yaitu mengurus rumah tangga namun harus pandai mengatur waktu untuk mengeksplorasi diri dalam berkarier.

B. PUISI-PUISI KARYA HARTINI

LELAKI TANGGUH KENALI WANITAMU

Wahai lelaki tangguh

Betapa sulit dirimu

Tuk dapat menyentuh hatiku

Yang dilanda resah dan pilu

Saat kau abaikan asaku

Lelaki tangguh

Saat ini, kau ada di sisiku

Namun, terasa jauh dari jangkauanku

Karena.........

Dikala aku t’lah berjuang begitu lelah

Menggapai angan dan mimpiku

Mengukir nama dan prestasi dalam karier

Dirimu acuh dan membisu

Apalagi tuk berucap, satu kalimat indah

”selamat sayang, aku bangga padamu”

Lelaki tangguh

Tahukah dirimu, atas apa yang terjadi padaku ?

Dikala tepukan riuh membahana di lapang hijau

Ucapan selamat yang dilontarkan banyak orang

Tatapan bangga dari setiap pasang mata rekan

Dan pula murid-muridku

Semua itu tiada artinya bagiku

Lewat begitu saja dengan segala kehampaan

Lelaki tangguh

Tolong kenali wanita yang ada di sampingmu

Seberapa kuat dan tegarnya wanitamu

Tetap saja, wanitamu itu lemah

Dia butuh disanjung

Dimanja

Dan

Diperhatikan

Akankah kau abaikan wanitamu ?

ANTARA KARIER DAN RUMAH TANGGA

Aku adalah penerusmu

Dalam jiwaku ada ruh perjuanganmu

Aku telah mendapatkan apa yang menjadi hakku

Pendidikan tinggi, karier, dan rumah tangga

Aku bermimpi

Ingin meraih bintang di langit

Mengukir karier dengan segenap potensi

Membangun spirit perjuanganmu

Dikala semangatku membahana

Tuk menggapai angan dan mimpi-mimpiku

Dengan segenap potensi yang aku miliki

Ku coba menyusun strategi

Namun, apalah daya

Rumah tangga memanggil jiwaku

Membelenggu langkah kakiku

Memangkas rongga-rongga nafasku

Merontokkan keinginan dan hobiku

Serasa sesak jiwaku

Mulai oleng keyakinanku

Berada diantara dua kepentingan

Karier ataukah rumah tangga ?

Aku mencoba merenung

Memaknai arti perjuanganmu

Mengambil hikmah spirit emansipasimu

Tuk berpikir bijak sebagai penerusmu

Aku berkesimpulan

Bolehlah aku melangkah menggapai mimpi

Tuk meraih bintang di langit

Namun, ku tetap harus berpijak pada kodrat wanita

Wanita yang berkarier dan berumah tangga


SATU DIANTARA DUA

Dikala waktu kuhabiskan di luar sana

Dengan segenap aktivitas dalam berkarier

Engkau berkata lantang

Menyiratkan sedikit ancaman

Menyodorkan dua kepentingan

Sehingga,

Membuatku tak berdaya

Memilih satu diantara dua

Dalam perenungan kudapatkan keputusan

Kupilih satu yang lebih berharga

Yaitu, mereka belahan jiwa ragaku

Kan kubaktikan segenap waktuku

Dengan memberi yang terbaik tuk mereka

DIA YANG KEDUA

Ketika kuterbenam dalam aktivitas

Engkau protes

Engkau bernada tinggi

Engkau memberi ultimatum

Namun

Setelah kuikuti semua yang kau kehendaki

Engkau tetap pergi

Dan membiarkanku sendiri

Dikala kau ada didekatku

Engkau tetap acuhkan aku

Dia yang kedua, yang selalu kau dekati

Engkau memegangnya

Engkau merabanya dibagian-bagian tertentu

Engkau memijitnya dengan penuh hati-hati

Engkau meniupnya halus

Engkau pandangi dia dengan sinar mata yang lembut

Dan senyuman indah tersirat diwajahmu

Dikala dia mengeluarkan desahan suara merdu

Juga warna-warna yang indah

Dan kau berucap,”yess!!!”

Lembaran nominal rupiah terbayang dimatamu

Karena hasil kerja lembur tak sia-sio

TV pun nyala dan siap dipasarkan

TANYA TAK TERJAWAB

Saat peluh belum mengering

Dada telanjang terbuka lebar

Desiran angin dari kipas

Menghempaskan badan di atas kanfas

Peluh masih lengket di badan

Ada tanya tak terjawab

Menyiratkan tanda tak mengerti

Dan menanti penjelasan yang berarti

Peluh kini telah mengering

Penjelasan siap disampaikan

Namun dia tak kunjung datang

Alamat pulang, ”selamat malam


BAB IV

PERIODE ROMANTIKA DENGAN REKAN KERJA

A. PROLOG

Dalam sebuah komunitas sosial tentunya tidak akan selamanya berjalan harmonis, pasti ada saja gesekan dan benturan kecil dengan sesama rekan kerja.

Kartini masa kini pun mengalami gesekan yang cukup menyakitkan, karena disaat punya peranan dalam lembaga dengan menghasilkan prestasi gemilang, mendapatkan cibiran dan tekanan serta nada-nada permusuhan dari rekan kerja.

Namun Kartini masa kini tidak tergoyahkan, dia tetap tegar sebagai penerus R.A.Kartini.

B. PUISI-PUISI KARYA HARTINI

TOPENG-TOPENG

Topeng-topeng usil nan sinis

Berlomba tuk mempertontonkan diri

Di show room-show room

Yang syarat akan kemunafikan

Topeng-topeng tertawa nyinyir

Tatkala melintas seekor kancil nan cerdik

Menerjang-nerjang segumpal benang kusut

Yang menghalangi dan mengotori ketajaman matanya

Topeng-topeng tersenyum sumringah

Tatkala pundi-pundi kerakusannya terisi penuh

Tanpa sedikit pun berhasrat menoleh

Dengan sebelah matanya

Dibalik kacamata kudanya

Yang hampir menutupi seluruh pandangannya

Hingga

Tak tahu dan tak mau tahu

Tak paham dan tak mau paham

Tak mengerti dan tak mau mengerti

Jerit lengking tangan-tangan lemah

Yang mengharap seujung belas kasih

Atas haknya yang terpenjara

Topeng-topeng menari dan berjingkrak

Diiringi musik rock, tak ketinggalan musik dangdut

Atas kemenangan akan bualannya

Di pasar yang penuh kebodohan

Topeng-topeng bernyanyi melengking

Menembus mayapada hingga terdengar nyaring

Ke telinga dewa-dewi

Dan menghadiahi butiran-butiran emas

Topeng-topeng mulai lemah dan tak berdaya

Tatkala taring-taring tajamnya

Mulai diguntingi satu persatu

Hingga berdarah-darah

Topeng-topeng mulai menangis meraung-raung

Tatkala singgasana emasnya diruntuhkan

Dari peraduannya

Topeng-topeng hancur dan mati

Tatkala ratu keadilan menyinari bumi

Yang gelap, kotor dan kumuh

Dengan sinar terang yang menyejukkan


OBAT HATI YANG TERPERIH

Hari-hari yang lalu

Di ruang kecil di sudut sekolah

Kuajari kau mengucapkan bait-bait

Serta larik demi larik

Ketika kau salah mengartikan

Kuplototi dan kumaki dengan penuh cinta

Saat kau mengumandangkan bait dan larik

Di depan sang juri yang arif

Separuh nafasku serasa terputus

Dan jantungku berhenti berdetak

Hening

Sunyi

Senyap

Kegaduhan yang menggema, tiba-tiba menghilang

Berganti dengan alunan bait dan larik yang bernyawa

Mengumandang dengan penuh hidmat dan mempeson

Gemuruh didadaku tak terbendung

Tatkala namamu tertulis oleh pena sang juri arif

Kau begitu membanggakan

Berdiri paling depan dengan senyuman kemenangan

Aku bangga padamu

Tak sia-sia,

Tenaga

Pikiran

Waktu

Yang kuluangkan untukmu

Kau t’lah menorehkan pena yang indah

Dan mengobati luka hatiku yang terperih

Disaat awal aku menemukanm

ASA YANG TAK DAPAT DIMENGERTI

Massa-massa yang lalu

Tak pernah kualami asa seperti ini

Asam, pahit, asin, ...tapi berujung manis

Separuh nyawaku tersakiti hingga terperih

Namun tak membuat hilang nyawa

Bahkan tak dapat kuduga

Saparuh nyawaku yang lain

Kian melesat ke angkasa raya

Rasa yang perih ini,

kusimpan dibagian paling dalam di relung kalbuku

kan kujadikan cermin disaat aku lupa nanti

keagungan sang Pencipta

sedang kurasakan kini

jiwa-jiwa yang tak kukenali, sebelumnya

betapa mengharap jiwaku

ku tak mengerti dengan maksud-Mu Tuhan

apakah ini bara api yang akan menghanguskan jiwaku

ataukah angin surga yang akan mengangkatku ?

tapi

satu yang kuminta pada-Mu Tuhan

jangan lepaskan genggaman-Mu atasku

biar kutetap menjadi hamba-Mu yang tawadlu

APA MAKSUD-MU TUHAN ??

Di pojok ruangan nan hampa

Kumerenung, kuterpaku

Kilas balik atas apa-apa yang t’lah kulewati

Kurasakan

Lunglai ragaku

Lelah yang teramat sangat di jiwaku

Ku tak tahu apa yang harus kulakukan

Kubertanya pada diriku sendiri

Apa yang salah dengan diriku ?

Hingga hujatan dan kemarahan

Semua ditujukan padaku

Padahal

Nampak jelas apa yang telah kuperbuat

Ditanganku terlahir mutiara-mutiara indah

Yang mempercantik rumah megah

Yang sedang dibangun

Tak kuasa

Bulir-bulir hangat turun dari sudut mataku

Kubertanya pada Sang Maha

Apa maksud-Mu Tuhan ???

Ada apa dibalik semua ini ???

HARAPAN PADA SANG MAHA

Awal langkah diayun, tersakiti

Di tengah jalan berbuat, terdzolimi

Di akhir kemenangan diraih, dimusuhi

Betapa dahsyatnya

Angin puting beliung menghantam dari 4 penjuru

Ketika jiwa terpanggil untuk berbuat sesuatu

Atas nama cinta dan tanggung jawab

Hingga

Menghasilkan bunga-bunga kemenangan

Tapi mengapa ??

Jiwa-jiwa yang di sana salah mengartikan

Apa yang t’lah kuperbuat dan apa yang t’lah kuraih

Kuhanya berharap

S’moga jiwa-jiwa yang di sana dapat terpanggil

Setelah kubukakan pintu yang lebar

Mereka mau bergerak memasuki dunia yang indah

Bercengkrama dengan ketulusan

Berdialog dengan penuh cinta

Bekerja dengan tanggung jawab yang tulus

Berpegangan tangan nan erat dengan sesama teman

Pada Sang Maha kumeminta

Berikan kekuatan yang berlipat

Disaat badai topan menerjang

Berikan pencerahan

Pada jiwa-jiwa yang di sana

Damaikan dunia

Dengan cinta dan ketulus

AUMAN SANG MACAN OMPONG

Dihari Pahlawan

Serasa ke t’lah jadi pahlawan

Karna kemenangan telah dapat kupekikan

Setelah perjuangan dan pengorbanan

Yang kulakukan

Semua derita dan kepedihan

Pada saat perjuangan dan pengorbanan ditempuh

T’lah sirna sudah

Berganti kebahagiaan yang tak terkira

Namun

Kebahagiaan itu hanya sekejap dan berlalu

Berganti dengan kepedihan dan pilu

Asaku diharu biru

Oleh mereka yang tak mau tahu

Dan tak tahu malu

Jiwa-jiwa kerdil

Kurasakan mengelilingiku

Ketidaktahuan dan ketidakmampuan

Berganti menjadi auman

Auman yang sangat dahsyat

Menggema

Berusaha merontokkan dada yang membusung

Karena kemenangan

Sesungguhnya

Dibalik auman itu

Sang macan

Hanya menutupi ompong giginya

Supaya

Sang palawan

Takut memasuki wilayahnya


KAJI DIRI

Hari-hari yang lalu

Keringat dicucurkan

Tenaga dihabiskan

Dan waktu dipadatkan

Guna menggodok bahan-bahan yang kan dipamerkan

Kemarin

Tawa kemenangan

Senyum kebahagiaan

Mencuat kepermukaan

Karena bahan baku itu t’lah menjadi kue yang manis

Siang lalu

Emosi jiwa bergelora

Antara bahagia,

Kecewa,

Sedih,

Marah, dll

Karena

Kue manis yang t’lah kubuat

Tercemari aroma bau busuk yang menyengat

Malam ini,

Dihariban-Nya kubersimpuh

Tumpah ruah air mata tak mampu dibendung

Jeritan hati menyeruak seraya ingin diobati

Kaji diri

Dan

Renungan hati

Sebagai evaluasi

Atas apa yang t’lah dilalui

S’moga Tuhan meridloi

Hingga terangkat derajat yang kudapati


TUGAS KHALIFAH DI BUMI

Aku tak suka dengan ketidakjujuran

Aku benci dengan kemunafikan

Aku tidak mau jadi korban kedzoliman

Bila kumelihat gerak-gerik ketidakjujuran

Bila kumencium aroma keminafikan

Bila kurasakan tindak kedzoliman

Ku-kan berusaha meluruskan

Bila mampu dengan tanganku

Bila tanganku lumpuh, mungkin dengan lidahku

Bila lidahku kelu selemah-lemahnya dengan hatiku

Walau dinding kokoh menghadangku di muka

Ku-takkan gentar

Menghalau tangan-tangan syetan yang merajai

Mengotori kesucian bumi

Karena kutakut kelak nanti

Bila dimintai pertanggungjawaban oleh Sang Illahi

Sebagai khalifah di bumi

Sungguh kan binasa nanti, bila tak kuat pegang diri

DIAM ITU EMAS

Gelora hati tak tertahankan

Ingin kuteriak, kumaki, kutampar

Kulempar dengan sebongkah batu besar

Biar kecoa-kecoa itu mati

Dihantam keangkuhannya sendiri

Namun, aku beruntung, terselamatkan

Karena kupunya teman yang setia

Dia punya hati yang tulus

Dan takkan mungkin dia hianatiku

Dia katakan, ”Diam itu emas”

Ya, aku akan diam

Selagi gelora hatiku membara

Karena kan mudah salah bicara

Maksud hati hendak meluruskan

Apa daya benang kusut menghampiri

Tapi, bila hati t’lah dingin

Kan kuberi informasi

Mana yang palsu dan mana yang asli

Karena emas takkan tertukar dengan perunggu

BAB V

PERSEMBAHAN UNTUK ORANG-ORANG SPESIAL

A. PROLOG

Dalam perjalanan hidup seseorang tidak akan terlepas dari kehadiran orang-orang yang spesial yang memberikan spirit dan inspirasi dalam mengisi hari-hari dengan penuh arti dan mengandung makna.

Sebagai tanda cinta pada orang-orang tersebut, maka terlahirlah inspirasi dalam bait-bait puisi.



B. PUISI-PUISI KARYA HARTINI

KARTINI SAAT INI

Wahai Ibu R.A. Kartini

Kau berjuang begitu gigih

Tuk membela hak-hak wanita

Dengan jiwa emansipasi

Perjuanganmu

Kini telah berbuah manis

Wanita-wanita penerusmu di Indonesia

Kini telah mendapatkan haknya

Namun,

Maaf Ibu R.A. Kartini

Ruh perjuangnmu telah banyak diselewengkan

Wanita-wanita Indonesia kini

Kebablasan mengatasnamakan emansipasi

Bila Engkau masih hadir sampai saat ini

Entah apa yang akan kau rasakan

Engkau akan tercengangkah, bahagiakah

Atau kecewakah ???

Karena, kartini-kartini saat ini

Telah melesat jauh memperoleh haknya

Melampaui batas-batas yang seharusnya

Ibu R.A. Kartini

Engkau takkan sanggup lagi

Membendung keinginan-keinginan

Penikmat hasil perjuangan emansipasimu

Yang cenderung meleset dari kodrati wanita

MISI R.A. KARTINI DAN MISI HARTINI

Aku ditakdirkan

Tuk lahir bertepatan dengan harimu R.A.Kartini

Yaitu tepat tanggal 21 April...........

Sekian puluh tahun yang lalu

Salahkah diriku

Bila mengikuti naluriku

Tuk menapaki hasil perjuanganmu

Dalam dimensi emansipasi

Saat dulu Kau berjuang

Tuk mensejajarkan hak wanita atas pria

Dan hasilnya, kini tlah terbukti

Wanita telah memperoleh hak berpendidikan tinggi

Bahkan berkarier dalam jabatan tinggi

Saat kini

Aku pun sedang berjuang

Tuk mengamalkan ilmu yang telah aku dapatkan

Atas hak berpendidikan tinggi

Ilmu yang aku dapatkan

Aku terapkan pada anak-anak didikku

Aku ajarkan mereka

Cara menggapai bintang di langit

Aku dorong mereka

Tuk memiliki semangat yang tinggi

Aku tiupkan ruh religi sebagai rem diri

Supaya mereka memperoleh jati diri

Sebagai anak negeri

Mungkin berbeda

Misi perjuanganmu R.A.Kartini

Dengan misi perjuanganku

Sebagai HARTINI

Namun

Tetaplah sama

Dalam satu ruh perjuangan sebagai seorang wanita



KU TAK INGIN MELEPASKANMU

Tatapan bening bola matamu

Membuatku terpesona

Senyuman indah bibir mungilmu

Membuat jantungku sesaat tak berdetak

Celoteh mesramu dikesunyian malam

Hangatkan batinku tiada kira

Lentiknya jemarimu nan lembut

Merengkuh mesra dipelukanku

Kudekap, kucium dan kubelai jiwa ragamu

Tak ingin kelepas

Sampai fajar menyingsing

Karenanya

Bila fajar tlah menyingsing dan mentari tlah terbit

Dirimu kan beralih pada pelukan yang lain

Sementara itu

Diriku kan segera pergi bergegas

Berpacu dengan waktu

Dalam roda-roda kehidupan syarat kemunafikan

Tuk mengais rizki

Dengan modal tekad dan ridlo Illahi

Dikejauhan ini

Diantara dinamika langkah-langkah tugasku

Diriku tak dapat memungkiri

Hati dan pikiranku

Senantiasa tertambat padamu

Sehingga mendorongku

Tuk senantiasa berlari dan berlari

Agar dapat kembali memeluk dan menciummu

Dalam kehangatan dan kelembutan kasihku padamu

Oh........sayangku

Oh........cintaku

Oh........buah hatiku

Nantikan bundamu

Jadilah anak manis dengan pengasuhmu

Tak lama lagi

Bundamu kan segera pulang

Tuk dapat kembali

Memeluk dan menciummu

Bunda kan lepas dirimu lagi

Bila fajar tlah menyingsing

Di esok hari


BUNDA

Bunda

Iringan doamu atas kepergianku

Tuk mencari ilmu

Bagaikan pelita yang menyinari

Di saat kegelapan

Bagaikan embun penyejuk

Disaat kegersangan jiwaku

Namun, Bunda

Sampai detik ini

Nanda belumlah mampu

Tuk mencapai harapanmu

Nanda belumlah bisa apa-apa

Nanda belumlah mampu berbuat sesuatu

Nanda hanyalah bisa menyusahkanmu

Bunda

Doa tulusmu senantiasa nanda harapkan

KABAR DUKA

Dikala fajar mulai menampakkan dirinya

Dari balik jendela

Kulihat dua sosok kecil menghampiri pintu rumahku

Dan suara ketukan pun terdengar nyaring

Disusul suara salam yang melengking

Dengan hati berdebar dan pikiran berpraduga

Kubuka daun pintu dan kusapa mereka

Dari wajah yang pucat dan suara yang tak jelas

Karena tersekat gejolak hati

Tercurah suatu berita

Berita yang membawa duka

Satu diantara saudaraku

Tlah dipanggil oleh Yang Punya

Tuk menghadap keharibaan-Nya

Dan seuntai doa mengalun lirih

Dari bibirku yang menjadi kaku

Innalillahi wa inna ilaihi raajiun

SI JAKET MERAH

Si jaket merah

Begitulah sahabatku menyapa dirinya

Yang artinya

Jangan lupakan anak sejarah



MURID-MURID KECILKU

Lembayung merah di senja ini

Menghadirkan keceriaan dan kesetiaan

Atas tugas dan amanah yang diemban

Tuk membimbing wajah-wajah lugu dan lucu

Murid-murid kecilku

Canda dan tawa ceria

Yang selalu mereka hadirkan

Senantiasa memberikan kebahagiaan

Dan keceriaan

Serta menghilangkan kepenatan dan kedukaan

Cerita-cerita lucu

Dan pertanyaan-pertanyaan lugu

Serta pujian-pujian tulus

Dari murid-murid kecilku

Senantiasa menghadirkan kerinduan

Akan kebersamaan dengan mereka

PESAN TUK SEORANG TEMAN

Di awal hari nan sejuk

Ingin kusampaikan gemuruh di hati

Yang tlah mengisi rongga dadaku

Sejak hari rabu lalu

Hari itu.........

Kulihat dirimu begitu menggebu,

Dengan lantang mencontohkan bait-demi bait

Hingga Agung pun terpana dibuatnya

Semangat 45 menyatu dalam dirimu

Kurasakan kesungguhan

Tuk memberikan yang terbaik

Demi anak didikmu yang terpilih

Aku lega...dan aku merasa yakin

Dirimu yang dulu tlah kembali

Setelah badai topan

Bahkan angin puting beliung

Menghantam jiwa ragamu

Hingga membuat dirimu oleng

Seolah tak berpijak pada bumi

Tatapan matamu hampa...........

Jauh menerawang

Mungkin sampai ke alam baka

Sambil mencari

Sosok ayah yang dicinta

Mulai hari ini

Diriku semakin yakin

Bila kulepas genggaman tanganku

Kau kan mampu berdiri ajeg menapak di bumi

Dan tatapan matamu tlah kembali penuh berisi

Karena, kulihat dan kurasakan

Ragamu yang sejenis

Nampak begitu berharap tuk menggenggammu

Aku tahu apa yang dia mau

Dan aku tahu dirimu tak pantas jadi milikku

Karena aku hanyalah bagian luar dari dirimu

Tuk massa yang akan tiba

Diriku kan menjauh, menjauh darimu

Biarlah dia yang mendekatimu

Dan berekspresi dengan apa yang dia mau

Ku harap dirimu mengerti dengan isi hatiku


AGUNG

Agung namamu

Sosokmu tlah mencuri hatiku

Gerak gerik

Tingkah polahmu

Begitu menawan dimataku

Agung,

Kutemukan kau disaat kubutuhkan

Jiwa bersih yang kau miliki

Kecerdasan yang tlah terpatri

Serta api semangat yang kau kobarkan

Dapat menghidupkan

Jiwa-jiwa yang setengah mati

Betapa

Agung namamu
Berkatmu
Kan kupancangkan tiang-tiang kokoh di bumi pertiwi



MENTARIE

Pagi ini

Mentari begitu cantik menawan hati

Senyuman tulus

Pancaran sinar mata yang bening

Serta sikap yang bersahaja

Telah mencuri hati sang pemegang pena yang arif

Suara lembutnya tlah dapat menghifnotis

Puluhan pasang mata yang berada di ruang arena

Riuh rendah yang menggema

Berganti menjadi hening, sunyi, senyap

Mentarie

Sinarmu begitu menghangatkan

Senyummu sangat memabukkan

Kecerdasanmu sungguh membanggakan

Bakatmu mudah disalurkan

Mentarie

Kau mengingatkanku

Arti ketulusan dan kehangatan

Serta cinta dan kesahajaan

DUA JAGOAN

Saat terjaga

Riuh rendah selalu menjadi warna

Menghiasi hari-hari tiada henti

Sampai tak pasti kapan menjadi sunyi

Naruto, itulah aku

Sasuke, itulah kamu

Renger merah, itulah aku

Renger biru, itulah kamu

Spiderman tak pernah absen

Dari daftar baju dan apapun jua

Namun Batman dan Superman

Sesekali diabsen, sudah itu terlupakan

Siapa yang hebat ?

Siapa yang kuat ?

Menjadi rebutan, satu diantara dua

Dua-duanya hebat !!

Dua-duanya kuat !!

Karena keduanya jagoan bunda